Mendanai Sektor 'Anak Tiri' Bank
- U-Report
VIVA – Bisnis pinjaman-meminjam uang lewat online atau peer-to-peer (P2P) lending di Indonesia makin menjanjikan. Meski perekonomian global melambat, yang tentunya berdampak ke Indonesia, tidak menyurutkan industri ini dalam menyalurkan pembiayaan.
Kini, sejumlah fintech P2P lending membidik pendanaan modal usaha untuk warung kecil, yang merupakan bagian dari sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Salah satunya perusahaan rintisan berbasis teknologi keuangan atau startup fintech, Modalku. Satu sisi, ada alasan mengapa Modalku berani meyakinkan pemberi pinjaman (lender) agar berinvestasi di platformnya, namun sisi lain, sangat percaya memberi akses pinjaman modal (borrower) ke sektor-sektor kecil seperti warung.
Menurut Chief Operating Officer Modalku, Iwan Kurniawan, karena warung merupakan sektor yang underserved atau tidak dilirik oleh perbankan. Meski jadi 'anak tiri' bank, tapi warung punya kelebihan, yaitu minim risiko dan proses pengembalian pinjamannya cepat.
"Kami sudah lihat portofolionya. Risiko mereka kecil dan pengembalian modalnya juga cepat. Kan, tenor atau jangka waktunya lebih pendek dibanding usaha lain yang berkisar 2 hingga 3 tahun," katanya kepada VIVA dan sejumlah media di Jakarta, Rabu, 3 Juli 2019.
Ia menambahkan, sejauh ini masih menyasar pelaku UMKM di wilayah Jabodetebek, Bandung dan Surabaya. Namun, secara jumlah total dirinya mengaku belum bisa memastikan angkanya.
Iwan mengatakan, penyaluran modal kepada warung adalah bentuk komitmen Modalku dalam hal pengembangan bisnis. Ia menyebut, untuk wilayah Jabodetabek saja, ada sepertiga dari pelaku UMKM tidak punya rekening bank.
"Banyak sekali belum punya rekening. Jadi, intinya kami punya produk luar biasa dengan tenor 6 bulan sampai 1 tahun. Ini yang kami dukung kepada warung-warung kecil," jelasnya. Ia pun memberi maksimal pinjaman ke sektor usaha ini sekitar Rp10 juta, tenor satu tahun, serta bunga yang masuk akal.
Meski begitu, bukan berarti Modalku tidak memiliki hambatan. Menurut Iwan, mayoritas pemilik warung belum mengerti menggunakan smartphone untuk bertransaksi.
Karena itu, ia mengaku akan menyiapkan tim untuk memberi edukasi kepada mereka. "Gaptek (gagap teknologi) mas. Jadi, mau tidak mau, kita didik dan ajari mereka cara pakai mobile, cara daftar dan transaksinya gimana," ungkap Iwan.
Adapun, dari sisi pemberi pinjaman, ia menjawab singkat bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan sebesar 20 persen lewat aplikasi Modalku. Sementara itu, Chief Executive Officer Modalku, Reynold Wijaya, melaporkan telah melakukan pencairan kredit modal usaha sebesar Rp7 triliun untuk UMKM.
Pencairan ini terbagi pada tiga negara di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia dan Indonesia. Dari total jumlah tersebut, Indonesia merupakan kontributor terbesar terhadap nilai total pencairan dengan nilai mencapai Rp4 triliun.
"Total pendanaan ini telah naik hampir 2 kali lipat daripada total pendanaan di akhir tahun lalu. Kami juga sudah menyalurkan 750 ribu pinjaman UMKM. Dengan capaian ini, kami menargetkan hingga akhir tahun 2019 dapat menyalurkan hingga Rp10 triliun dengan total 1 juta UMKM," tegas Reynold.