Startup Berburu Bakat ke SMK
- Dokumen Opini99
VIVA – Kata siapa jadi anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak diburu orang? Dua startup yang tergabung dalam program Opini90 mencari anak muda berbakat ke beberapa SMK di Kudus, Jawa Tengah.
Lentera Nusantara yang berbasis di Bandung mengincar pelajar SMK Raden Umar Said Kudus jurusan Desain Komunikasi Visual sebagai bakal calon animator yang mereka butuhkan.
"Hasil karya anak-anak ini bahkan bisa diadu dengan S1 DKV dari kampus ternama," kata Anindyo Wishnu Wibowo, art director Lentera Nusantara dalam keterangan tertulisnya, Senin 4 Maret 2019.
Wishnu bersama Pendiri Lentera Nusantara, Azizah Assatari, sempat berbagi pengalamannya kepada 30 siswa kelas 11 dalam sesi workshop. Saat ini, Lentera Nusantara sedang menyiapkan peluncuran produknya, game berjudul Ghost Parade.
Lain cerita dengan DTECH-ENGINEERING. Sejak berdirinya, mereka melibatkan pelajar SMK magang di startup tersebut. Mereka mengajak pelajar SMKN 7 Semarang untuk ikut dalam proses engineering design sampai menjadi sebuah produk.
Pendiri DTECH-ENGINEERING, Arfian Fuadi, mengatakan, anak SMK ia didik sampai bisa menguasai tahap inovasi produk. Mulai dari ide, perencanaan, sampai produksi. "Mereka kami beri latihan project yang harus diselesaikan," katanya.
Mencari calon tenaga kerja di SMK bisa menjadi pilihan startup-startup lokal. Bentuk organisasi yang fleksibel, dengan proses trial and error yang terus menerus; startup membutuhkan calon karyawan yang masih penuh semangat dan kreativitas. Apalagi, kedua belah pihak bisa saling sama-sama belajar.
Memang, tidak semua lulusan SMK siap masuk ke dunia kerja. Lulusan harus memiliki skill yang tidak hanya berupa kompetensi tapi juga soft skill yang mumpuni.
Alfian, siswa kelas 11 SMK Raden Umar Said, menuturkan di sekolah ia tidak hanya belajar animasi dan desain grafis. Namun, ia juga dibekali kemampuan presentasi, komunikasi, creative thinking, dan design thinking untuk bisa menembus persaingan industri.
Kelemahan lulusan SMK ketika memasuki industri biasanya karena mereka tidak sanggup berkompetisi. Ilmu yang mereka pelajari di sekolah banyak yang sudah ketinggalan zaman.
Direktur Program Pendidikan Djarum Foundation, Primadi H. Serad mengungkapkan, alasan kenapa SMK di Kudus diberi fasilitas yang terbaik.
"Supaya SMK nantinya jangan cuma jadi Sekolah Menengah Kejuruan tapi Sekolah Mengentaskan Kemiskinan," katanya.
Bukan cuma hard skill yang dibutuhkan siswa tapi soft skill. Kemampuannya harus disesuaikan dengan kebutuhan industri, jangan sampai tertinggal.
Tapi tidak semudah itu. Butuh suasana yang nyaman tempat anak belajar. Juga guru-guru yang berkualitas agar proses belajar kondusif. Termasuk membangun semangat kompetisi, disiplin dan ketangguhan mereka untuk bersaing di dunia profesional. (mus)