Riuh Unicorn, Bos Blibli: Dikasih Status Apa Saja Kami Tertawa
- VIVA/Misrohatun Hasanah
VIVA – Baru-baru ini isu unicorn menjadi perhatian publik Tanah Air setelah dibahas dalam debat calon presiden putaran kedua. Unicorn merupakan perusahaan rintisan yang memiliki valuasi hingga US$1 miliar. Level setelah unicorn yakni decacorn yang mana merupakan julukan bagi startup dengan valuasi mencapai US$10 miliar. Saat ini, Grab merupakan startup decacorn pertama di Asia Tenggara.
Melihat gembar-gembor tersebut, Kepala Eksekutif Blibli.com, Kusumo Martanto berpendapat daripada mengejar status unicorn, dia lebih mementingkan kesimbungan bisnis perusahaan, bagaimana bisnis yang dia jalankan bisa panjang umur.
"Sustainability itu filosofi kami. Kalau tentang status itu (unicorn), kita kan enggak pernah cerita apa-apa ke media. Jadi mau dikasih status apapun kita ketawa saja. Buat kami yang terpenting adalah bisnis bisa langgeng atau enggak," katanya kepada awak media usai acara Masa Depan Industri 4.0 di Jakarta, Jumat 1 Maret 2019.
Meskipun tidak membuka nilai valuasi perusahaan, Blibli termasuk e-commerce yang namanya sudah besar. Berdiri sejak 2010, perusahaan tersebut merupakan anak perusahaan Djarum. Investasi yang mereka dapatkan hingga saat ini masih 100 persen lokal. Namun Kusumo tidak menutup kemungkinan perusahaan asing yang ingin berinvestasi.
Ia menuturkan, Blibli tidak hanya mengutamakan soal pendanaan. Dana bisa dicari dengan cara tertentu. Yang terpenting, katanya, bagaimana investor tersebut bisa membantu Blibli untuk naik kelas secara terus-menerus. Pendanaan saat ini masih fokus di investor lokal, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk perusahaan di luar Indonesia.
Kusumo tidak segan membagikan tips untuk startup yang baru lahir. Ia mengharamkan pikiran seorang pendiri perusahaan yang bisa kaya instan karena telah memiliki startup. Sebabnya, pendiri startup harus bisa memberi solusi untuk konsumen jika ingin perusahaan itu langgeng.
"Mengerjakan startup tidak bisa sekali langsung berhasil. It's oke gagal, buat lagi saja karena ini kan sebetulnya bukan hal yang mudah. Susah untuk membesarkan perusahaan. Sudah besar juga tantangannya lebih besar, makanya jangan putus asa. Kalau gagal ya coba lagi," ujarnya. (mus)