Peluh dan Air Mata Achmad Zaky Besarkan Bukalapak

CEO Bukalapak, Achmad Zaky.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA – Cuitan CEO dan Founder Bukalapak, Achmad Zaky, berbuah kontroversi di jagad media sosial. Pria 33 tahun itu, pada Rabu 13 Februari 2019 itu membuat unggahan di Twitter, tentang anggaran Research & Development Indonesia yang kalah jauh dibanding negara-negara lain, seperti Amerika, China, Jepang, dan lainnya.

Pengguna Meningkat, BMoney Kenalkan Privilege Lounge untuk Para Investor

Dalam cuitan yang telah dihapus itu - namun sempat diabadikan dalam tangkapan layar - Zaky berbicara dalam konteks Indonesia menyambut era industri 4.0, yang mana masyarakat akan berhadapan dengan teknologi digital.

Zaky mencantumkan pada tweet tersebut data tahun 2016, bahwa anggaran riset Indonesia hanya sebesar US$2 miliar. Dengan dana seminim itu, menurut Zaky, industri 4.0 di Indonesia hanya omong kosong.

Berapa Iuran BPJS Kesehatan? Cek Rincian Biaya dan Cara Pembayarannya!

Di akhir cuitan dituliskan harapan Zaky: semoga presiden baru bisa menaikkan (anggaran R&D Indonesia). Inilah yang lantas memicu polemik dari warganet sehingga viral hashtag #uninstallbukalapak sebagai reaksi kemarahan pada sang CEO.

Tangkapan layar cuitan bos Bukalapak

10 Ide Usaha Sampingan Modal Kecil yang Menguntungkan: Dari Rumah Aja Bisa Cuan!

Zaky dinilai tidak netral dalam pandangan politik dan menyinggung pihak tertentu.

Mengenai polemik cuitan Achmad Zaky soal dana R&D, pengamat media sosial dari Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan pandangannya bahwa politik telah meng-uninstall karya anak bangsa.

Hal itu Fahmi nyatakan dalam postingan Facebook-nya, disertai sekelumit cerita bagaimana anak bangsa membangun startup dengan peluh dan air mata.

"Saya sering dengar cerita perjuangan mereka yg membangun startup hingga mulai mendapat funding, dan mulai jadi unicorn. Bisa ditanya, lebih banyak peluh dan airmatanya atau dukungan dan kemudahan dari pemerintah? Tanya sendiri, saya ndak akan bilang. You will understand," tulis Fahmi.

Achmad Zaky sendiri mengawali Bukalapak pada awal tahun 2010 sebagai divisi agensi digital bernama Suitmedia yang berbasis di Jakarta.

Suitmedia merupakan perusahaan agensi digital yang menawarkan jasa pengembangan web, aplikasi, strategi optimalisasi pemasaran digital dan lain-lain.

Dalam perjalanannya di Suitmedia, Zaky merasa ada yang kurang. Ia ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Dari sanalah kemudian tercetus ide mendirikan Bukalapak.

Saat itu, Zaky bersama tiga orang temannya gencar mengajak para pedagang untuk bergabung di Bukalapak. Tak seperti sekarang di mana akses internet bisa didapat dengan mudah, dulu banyak orang masih beranggapan bahwa berjualan di internet adalah perkara ribet.

Namun, Zaky tak putus asa, ia terus berusaha meyakinkan para pengusaha terutama pelaku UKM untuk mau berjualan di internet. Salah satu caranya dengan memberikan edukasi kepada para seller, tentang kisah sukses dan menyebarkannya di Twitter.

Dalam kurun tiga tahun, Bukalapak mengalami kemajuan pesat dengan memiliki 150 penjual. Zaky juga berhasil mendapat pendanaan untuk mengembangkan startup-nya dari sejumlah investor seperti Batavia Incubator, IMJ Investment, dan juga Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group).

Saat ini Bukalapak telah menjadi marketplace yang mengumpulkan kelompok penjual di Indonesia hingga ratusan ribu pelapak, dan ribuan seller dan user.

Bukalapak juga merupakan salah satu startup karya anak bangsa yang telah mencapai taraf unicorn, dan perusahaan startup pertama yang mendirikan innovation center menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB).

Pusat inovasi itu berwujud laboratorium Artificial Intelligence (AI) yang menjadi wadah bagi generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk melakukan riset di salah satu sektor teknologi yang menjadi elemen penting di era industri 4.0.

Prestasi Zaky telah membuatnya masuk ke dalam daftar 10 pengusaha muda yang paling berpengaruh di Asia Tenggara. Pada tahun 2014, nilai transaksi Bukalapak mencapai US$80 juta atau sekitar Rp1 triliun.

Atas prestasinya tersebut, pada 21 Juli 2016, Zaky mendapat Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya yang diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Jambi. Menurut keterangan resmi Bukalapak, tanda kehormatan ini  diserahkan bertepatan dengan Hari Koperasi ke-69.

Tak hanya itu, pada tahun yang sama, ia juga menyabet penghargaan The Loyalty and Engagement Awards 2016, kategori The Best Use of Consumer Insight/Data Analytics dan The Best Use of Mobile, yang didapatkan di Singapura. Ditambah lagi, Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2018 dalam kategori Teknologi dan Kewirausahaan.

Semasa kuliah di jurusan Teknik Informatika ITB yang lulus pada 2004, Zaky juga meraih IPK 4.00. Kini, pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 itu tengah menjadi bulan-bulanan di media sosial lantaran satu cuitan bernada politis yang menyinggung sekelompok orang.

Zaky telah memberi klarifikasi dan meminta maaf atas kekhilafannya yang memunculkan kesalahpahaman.

Jadi, akankah sederet prestasi Zaky dan bersinarnya Bukalapak akan berakhir dengan setitik 'nila' di Twitter yang telah disesalinya? (ann)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya