Startup Fintech Lokal Ini Bidik Turis Asing Transaksi Platformnya
- VIVA.co.id/Lazuardhi Utama
VIVA – Perusahaan rintisan berbasis teknologi pembayaran (startup fintech), PT Cashlez Worldwide Indonesia, tengah membidik turis asing untuk bertransaksi di merchant yang terdapat mesin EDC (electronic data capture) atau alat untuk menerima pembayaran mereka.
Daerah pertama yang dibidik adalah Bali. "Kami sudah melihat kebiasaan wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Kalau enggak bawa uang tunai dalam bentuk dolar atau kartu kredit," kata Kepala Eksekutif Cashlez, Teddy Setiawan Tee, di Nusa Dua, Bali, Minggu, 14 Oktober 2018.
Oleh karena itu, ia ingin mengubah kebiasaan para turis asing ini dengan cara mendorong mereka agar bertransaksi di merchant yang ada mesin EDC milik Cashlez dengan layanan metode pembayaran MPOS (mobile point of sale). Meski begitu, Teddy mengaku transaksi tersebut tidak mengurangi spending power milik turis.
"Mereka ini santai. Kalau kurang tarik uang tinggal tarik dari ATM. Nah, ini yang mau kita ubah. Meski limit kartu kreditnya Rp50 juta, ya, segitu yang bisa mereka spend," jelasnya.
Satu sisi, lanjut Teddy, Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia, maka purchasing power-nya sangat tinggi. Sisi lain, masih banyak merchant yang belum dikover perbankan.
"Pasar ini yang ingin kita sasar. Bali jadi pilot project, karena landmark pertama kita di luar Jakarta. Selanjutnya masih tahap identifikasi kota-kota yang banyak didatangi wisatawan seperti Medan di Sumatera Utara dan Malang di Jawa Timur,” ungkap Teddy.
Ia pun sudah bekerjasama dengan sejumlah bank seperti Bank Mandiri, BNI, Maybank, Sinarmas, BTPN, dan DBS. Hingga akhir tahun ini Teddy menargetkan empat ribu merchant dari berbagai bisnis.
Teddy juga mengklaim memiliki keunggulan di platform fitur pembayarannya. Platform tersebut bisa menerima transaksi kartu debit maupun kredit dari yang berlogo Visa, Mastercard dan JCB (Japan Credit Bureau), serta pembayaran mobile payment.
"Kami ingin mendorong sekarang ini enggak usah banyak mesin EDC. Cukup satu saja. Dengan begitu, proses bisnis lebih terintegrasi sehingga makin mempermudah transaksi pembayaran," ungkap Teddy.