E-Commerce Vs Toko Offline, Kelebihan dan Kekurangannya

Ilustrasi keranjang belanja di e-commerce.
Sumber :
  • acf.ua

VIVA – Tren belanja online belakangan ini tengah menjamur di masyarakat Indonesia. Hal ini tak lain karena belanja online dianggap sangat praktis dan menghemat waktu.

Tidak heran jika kini banyak e-commerce bermunculan dengan berbagai penawaran untuk menarik perhatian pelanggan. Berdasarkan data yang dikelola menyebutkan bahwa nilai transaksi e-commerce Indonesia pada 2018 diperkirakan Rp100 triliun.

Pada 2017, nilai transaksinya sebesar Rp85 triliun, dan tahun sebelumnya mencapai Rp75 triliun. Direktur Marketing PT Electronic City Tbk, Wiradi Wahyudin, mengklaim maraknya e-commerce tidak mengganggu bisnis toko offline-nya, lantaran produk yang dijual beda jenis dan segmentasi.

"Produk yang paling banyak ditawarkan di e-commerce itu gadget. Sedangkan, kami sangat kuat di penjualan produk elektronik yang besar-besar seperti home appliance dan audio video (AUVI). Keduanya tidak banyak dijual di online," kata dia kepada VIVA, Sabtu, 2 Juni 2018.

Selain itu, Wiradi mengaku tidak menggandeng e-commerce, tetapi juga tidak menganggap e-commerce sebagai kompetitor. Hal ini diungkapkannya karena Electronic City memiliki website penjualan online sendiri, yakni www.electronic-city.com.

"Jadi, seluruh barang yang dijual di toko juga dijual di online kami. Ini namanya model bisnis omnichannel," ungkapnya.

Ilustrasi belanja online.

Omnichannel adalah strategi baru peritel untuk bersaing di dunia digital. Model bisnis ini merupakan kombinasi dari berbagai macam cara dan channel untuk berbelanja, namun tetap memberikan brand feeling yang sama.

Perkuat Daya Saing Digital, BNI Venture Dorong Pengembangan Ekosistem Startup Nasional

Sementara itu, Direktur Utama Electronic  City, Ingrid Pribadi, menyebut kelebihan dan kekurangan membeli barang melalui offline maupun online.

Kalau secara offline, kelebihannya langsung datang ke toko, konsumen dapat melihat, memegang, dan bertanya kepada staf terkait dengan produk elektronik yang ingin dibeli.

Kembangkan Startup Fintech RI, Danamon dan MUFG Siap Gelontorkan US$100 Juta

"Konsumen juga bisa membandingkan produknya secara langsung," kata Ingrid. Sementara kekurangannya, lokasi toko terkadang jauh dari tempat tinggal, sehingga menempuh jarak dan waktu lama.

Adapun melalui online, lanjut Ingrid, kelebihannya praktis, efisien, dapat melakukan transaksi dari mana pun dan kapan pun.

Buka Jalan bagi Startup untuk Go International

Kemudian, kelemahannya yaitu jika tidak teliti, barang yang dibeli tidak sama dengan barang yang datang. "Umumnya hal ini terjadi pada produk fesyen. Ini berkaitan dengan modus penipuan. Konsumen harus waspada," jelas dia.

Devina Hartono, Executive Director Endeavor Indonesia

Endeavor Ungkap RI Berpotensi Jadi Pusat Inovasi Pasar Negara Berkembang

Pasar negara berkembang kini semakin menjadi fokus utama bagi investor dalam mencari peluang baru, terutama dalam sektor startup. 

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024