Menilik Jalan Fintech Syariah Jadi Unicorn Kelima
- Dok. Paytren
VIVA – Indonesia punya empat Unicorn atau perusahaan yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar, setara Rp13,6 triliun. Pemerintah berharap, memiliki lima Unicorn hingga 2019, yang berasal dari financial technology atau fintech, baik syariah maupun konvensional.
Hal ini diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, saat ditemui di Tangerang, Banten, Jumat, 1 Juni 2018. "Mengapa dari fintech, karena tingkat inklusi keuangan pada tahun 2014, hanya 36 persen atau 90 juta jiwa masyarakat yang mengakses keuangan. Tahun 2017, meningkat, tetapi tidak sampai 50 persen atau sekitar 130 juta jiwa," kata dia
Menurutnya, total penduduk Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa ini, setidaknya memiliki satu buah ponsel. Itu merupakan salah satu jalur meningkatkan penetrasi keuangan.
Ia mengaku bahwa tahun depan, tingkat inklusi keuangan ditargetkan mencapai 75 persen. Apalagi, dari sisi infrastruktur tidak ada masalah. Terlebih, Palapa Ring akan beroperasi penuh juga pada 2019.
Pasar umat Muslim
"Jaringan seluler dan 4G tidak masalah. Penetrasinya jauh di atas 75 persen. Ini peluang emas bagi kita," paparnya.
Belum lama ini, Bank Indonesia mengizinkan PT Veritra Sentosa Internasional menerbitkan uang elektronik atau e-money, setelah sebelumnya dibekukan. Hal tersebut tertuang dalam Surat Bank Indonesia No. 20/207/DKSP/Srt/B tanggal 22 Mei 2018.
Perusahaan ini milik Ustaz Yusuf Mansur yang mengelola e-money bernama Paytren. Rudiantara berharap, Paytren menjadi motor percepatan inklusi keuangan di Indonesia. "Bukan hanya e-money, tetapi fintech-nya, peer to peer lending. Apalagi, pangsa pasarnya umat Islam. Kalau mau jadi Unicorn, ada syaratnya," tutur Rudiantara kepada VIVA.
Layanan P2P atau peer to peer lending mulai dikenal di Indonesia sejak 2015, yang merupakan layanan pinjam meminjam secara online.
Menurutnya, selain valuasi perusahaan yang di atas Rp13,6 triliun, juga laju pertumbuhan bisnis atau traction yang pesat menjadi penentu perusahaan tersebut berhak mendapat gelar "Unicorn."
"Begini, pangsa pasar umat Muslim Indonesia itu sangat besar. Jadi, Paytren harus benar-benar bisa memanfaatkan dengan maksimal. Nah, kalau mau jadi Unicorn, itu tadi. Valuasi dan traction tinggi. Tetapi, saya enggak bisa bilang dalam waktu dekat ini," jelasnya.
Caplok Unicorn
Pada kesempatan yang sama, Yusuf Mansur menyebut Paytren merupakan e-money pertama berbasis syariah di Indonesia. Saat ini, Paytren telah memiliki 2,3 juta pengguna dengan nilai transaksi sekitar Rp5 triliun per bulan.
Dengan terbitnya surat izin dari Bank Indonesia, Yusuf akan menggenjot jumlah pengguna dan keanggotaan Paytren sampai akhir Desember 2018, mencapai 10 juta pengguna dengan nilai transaksi Rp30 triliun per bulan.
“Artinya, angka 10 juta itu kalau setiap orang transfer Rp1 juta saja, maka akan ada Rp30 triliun transaksi setiap bulannya. Kalau kita berhasil mengumpulkan 60 juta orang di Paytren, kita bisa kelola dana sampai Rp120 triliun," ungkap dia.
Berdasarkan data yang dikelola, jumlah Unicorn di Indonesia lebih banyak ketimbang Prancis dan Italia yang masing-masing satu Unicorn. Sementara itu, Jerman dan Jepang sudah memiliki masing-masing enam Unicorn.
Adapun pemilik Unicorn terbanyak terdapat di Amerika Serikat dan China, yang masing-masing 256 dan 58 perusahaan. Empat perusahaan Indonesia yang sudah bergelar Unicorn adalah Tokopedia, dengan valuasi US$15 miliar atau Rp204,7 triliun, Gojek dengan valuasi US$61,6 miliar atau Rp840,6 triliun.
Selanjutnya, Traveloka dengan valuasi US$27,4 miliar atau Rp374 triliun, dan Bukapalak dengan valuasi US$13,8 miliar atau Rp188,3 triliun. Namun, predikat calon Unicorn ditampik oleh Yusuf Mansur.
Beli Alibaba
Menurutnya, Paytren bukan menjadi Unicorn, melainkan "mengambil" Unicorn dengan cara membeli saham mayoritas mereka. "Kita akan beli Unicorn. Perusahaan Indonesia yang investasinya bukan dari kita, akan kita 'bawa pulang.' Itu targetnya," tegas Yusuf.
Tak hanya itu, Yusuf juga punya ambisi 'membawa pulang' 15 bank besar di Indonesia, alias menjadi pemegang saham mayoritas. Bahkan, ia melanjutkan, Paytren suatu saat akan membeli e-commerce raksasa China Alibaba. "Ini bukan sesuatu yang mustahil," tegas dia.
Yusuf juga membuka rahasia perusahaan yang sudah dibeli sahamnya melalui Paytren, yaitu BRI Syariah dan dua klub sepakbola, Malang United dan Persikota Tangerang. "Kita sebentar lagi mau membeli satu perusahaan teknologi di Indonesia yang nilai investasinya Rp1 triliun. Tier-3 rencananya," kata dia kepada VIVA.
Paytren sudah bisa diunduh di App Store dan Google Play. Fitur lengkap Paytren akan resmi diluncurkan pada 7 Juli 2018. Dari bisnis fintech, "pesaing" Paytren untuk menjadi Unicorn antara lain Cermati, Koinworks, Modalku, dan PayAccess. (asp)