Tak Adopsi Chatbot, Siap-siap Tertinggal
- VIVA/Lazuardhi Utama Rifki
VIVA – Kecerdasan buatan dalam bentuk chatbot diperkirakan bakal mewarnai tren di pasar Indonesia.
Chatbot nantinya bukan hanya sebatas untuk melancarkan percakapan dengan pelanggan atau antarpengguna saja. Chatbot bakal menjadi hal yang lazim bagi pengguna dan lintas bidang. Salah satu penyedia layanan chatbot, Bang Joni, turut meneropong potensi tren ini di tanah air.
"Di Indonesia nanti semua (pengguna) akan punya chatbot, terutama untuk UKM," ujar Kepala Eksekutif Bang Joni, Diatce Harahap kepada VIVA, belum lama ini
Dengan chatbot, pelaku UKM bisa melihat siapa saja pelanggan yang memesan produk mereka dan tinggal mengirim produk yang dipesan ke lokasi pelanggan.
Menurut pria yang akrab disapa Ache ini, nantinya kecerdasan buatan khususnya chatbot, akan makin mudah diakses dan perusahaan merasakan betul manfaat chatbot.
Untuk entitas bisnis atau perusahaan, bisa menguatkan pelayanan pelanggan dengan chatbot. Pertanyaan pelanggan tentang informasi produk bisa ditangani chatbot. Untuk pertanyaan yang kompleks dan belum bisa ditangani chatbot, baru bisa diserahkan ke tenaga manusia alias admin.
"Dengan chatbot, misalnya bagian pemasaran punya coverage (lebih luas) dan bisa shifting job. Efisien karyawan jadinya, dan mereka (karyawan) bisa dipindahkan ke bagian operasi," jelasnya.
Soal efisiensi perusahaan, Ache mengatakan, beberapa kliennya yakin bisa menghemat biaya sampai 56 persen. Salah satu e-commerce, kata dia, dulu mempekerjakan sekitar 200 tenaga untuk mengisi customer service dan setelah memakai chatbot, e-commerce tersebut hanya mempekerjakan 25 tenaga admin saja.
Dari beberapa kategori, Ache mengatakan, entitas yang sudah menggunakan chatbot yakni platform jualan daring, industri, bahkan artis atau pesohor sekalipun memakai layanan ini.
"Yang enggak ngikut (chatbot) ya bakalan bye bye. Itu kan kasusnya ada pada retail," tuturnya.
Ache menunjukkan dashboard Bang Joni
Bukan hanya pelanggan dan perusahaan, Ache melihat potensi besar chatbot untuk diaplikasikan dalam pemerintahan. Lebih khusus, chatbot dipakai untuk menampung aspirasi.
"Pemerintah bisa ngobrol (dengan warga), gubernur bisa ketemu masyarakat. Bisa ngobrol tiap hari. Keluhan bisa masuk tiap hari. Maka ada engagement (dengan rakyat) dan rasa memiliki," katanya.
Dalam rangka menjemput tren tersebut, Bang Joni saat ini fokus mengembangkan otak dari chatbot mereka. Chatbot besutan Bang Joni bakal terus meningkatkan kemampuan menerjemahkan suara manusia menjadi teks atau voice to text serta sebaliknya, text to voice.
Harapannya, dengan makin banyak data percakapan yang masuk, chatbot Bang Joni makin pintar dan makin seperti manusia.
"Kalau library-nya (chatbot Bang Joni) besar, maka dia akan bisa ngomong," ujarnya.