'Pembunuh' Uber Ingin Bersaing dengan Gojek di Vietnam

Go-Food, salah satu layanan Gojek.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Perusahaan transportasi berbagi tumpangan Cina, Didi Chuxing, resmi mengajukan permintaan untuk masuk ke Vietnam. Kementerian Perhubungan Vietnam belum memberikan izin mengenai proposal yang diajukan Didi Chuxing, karena 'bukanlah waktu yang tepat untuk memutuskan.'

Disaksikan OJK, Privy Bersama AFTECH dan AFPI Sepakat Tingkatkan Keamanan Fintech Nasional

Mengutip situs Hanoitimes, Rabu, 11 April 2018, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Vietnam, Nguyen Xuan Thuy, mengatakan, Gojek sudah lebih dahulu mengajukan permintaan untuk masuk ke negaranya. Sementara Didi Chuxing menyusul kemudian.

"Keduanya menjajaki peluang di pasar Vietnam. Kami pastikan bahwa Didi Chuxing belum diberikan izin untuk beroperasi di Vietnam. Kami juga sedang meninjau pengalaman ini di beberapa negara dan tidak ingin mengganggu ekosistem perusahaan taksi tradisional," kata Thuy.

COP29, BNI Ungkap Peran Strategis Perbankan Akselerasi Transisi Hijau di Indonesia

Ia kemudian mencontohkan Thailand, di mana taksi tradisional telah mendominasi pasar, sementara Grab dan Uber masih menemukan cara untuk tetap bertahan. Meskipun pemerintah di sana menerapkan larangan naik taksi melalui telepon.

Jokowi dan Kaesang Turun Gunung 'Kampanyekan' Paslon Respati-Astrid di Pasar Klitikan Solo

"Jawabannya terletak pada tuntutan dan preferensi pelanggan. Dengan kualitas layanan terbaik, pelanggan akan memilih penyedia layanan favorit mereka. Dalam konteks revolusi industri keempat, saya berharap akan ada lebih banyak perusahaan lokal yang berpartisipasi, sehingga akan ada lebih banyak kompetisi, lebih efisien dan bermanfaat bagi pelanggan," tegas Thuy.

Didi Chuxing berdiri pada 2012 di China dan berhasil mendepak Uber dari pasar dengan penduduk terbanyak di dunia itu dengan cara membeli mayoritas kepemilikan saham Uber pada 2016.

Sedangkan dari perspektif pelanggan, Phan Thi Thu Hien, selaku Wakil Kepala Direktorat Transportasi Vietnam, menilai layanan yang disediakan oleh Grab dan Uber menjadi lebih nyaman daripada taksi tradisional.

Ilustrasi transportasi online.

"Grab dan Uber selalu mengedepankan kenyamanan. Pelanggan memilih mereka karena fungsionalitas aplikasi, selain harga menjadi faktor terpenting. Keduanya juga sangat fleksibel," tutur Hien.

Ia mendorong perusahaan transportasi lokal untuk melihat secara mendalam dampak dari akuisisi Grab terhadap Uber. Artinya, Hien melanjutkan, bukan masalah teknologi tetapi kualitas layanan.

"Pelanggan semakin banyak menuntut jadi kami harus memperbaiki diri daripada menunggu orang lain mendorong kami keluar dari pasar," kata Hien, menyimpulkan. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya