Pasca-Akuisisi, Grab Miliki 'Harta Karun' Uber
- REUTERS/Edgar Su
VIVA – Aksi korporasi antara Grab dengan Uber mengakhiri pertarungan diskon harga di antara keduanya, sekaligus menjadi kesempatan besar bagi Grab untuk head to head dengan Gojek.
Kendati demikian, mengutip situs Tech In Asia, Selasa, 27 Maret 2018, ada tiga hal penting lain mengapa Grab mengakuisisi Uber.
Platform yang dimiliki salah satu orang terkaya Malaysia, Anthony Tan, itu mendapatkan harta karun berupa data pengguna Uber di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Hal ini menjadikan Grab platform transportasi online terbesar di kawasan. Selain data pengguna, Grab juga berambisi membangun semua infrastruktur layanan keuangan atau GrabPay e-wallet di Asia Tenggara.
Para pedagang di Singapura sudah banyak beralih ke sistem pembayaran online GrabPay. Grab juga mengumumkan akan menawarkan pinjaman dan produk asuransi kepada pengemudi dan jaringan pedagang.
Dengan demikian makin melicinkan jaringan Grab dan menjaga transaksi keuangan terus mengalir di negara di mana Grab beroperasi, seperti Indonesia.
Alhasil, layanan keuangan ini bakal menjadi 'lumbung duit' Grab. Gojek juga memiliki layanan serupa bernama Gopay. Terakhir, menguasai bisnis antar makanan.
Layanan antar makanan seperti Foodpanda, Honestbee, dan Deliveroo, merasa khawatir lantaran Uber, yang memiliki layanan Uber Eats, merupakan pesaing ketiga perusahaan layanan pengiriman makanan berbasis aplikasi tersebut.
Ketika diakuisisi Grab, maka dikhawatirkan mendominasi pasar di Singapura dan Malaysia. Terlebih, Uber Eats telah sepakat dengan restoran cepat saja terkemuka asal Amerika Serikat, McDonald, sebagai mitra.
Meski begitu, Grab menyadari kalau marjin dari bisnis antar makanan kecil walaupun volumenya tinggi. Oleh karena itu, untuk mendulang cuan atau untung besar, Grab menggeber layanan keuangan melalui GrabPay.