Gojek Menatap IPO di Dua Bursa Saham
- Serba Gojek
VIVA – Perusahaan penyedia layanan berbagi tumpangan atau ride sharing, Gojek, berencana akan melantai di bursa saham melalui mekanisme penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Tak tanggung-tanggung, Gojek ingin melakukan dual listing, atau IPO di Bursa Efek Indonesia dan luar negeri.
Presiden Gojek, Andre Soelistyo, mengatakan pihaknya masih melakukan diskusi dengan Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengenai persyaratan dan peraturan yang harus dilakukan.
"Kami membahas apa yang harus dilakukan (untuk bisa IPO) dan bagaimana (BEI) memberikan akses. Itu (pembahasan) termasuk potensi penjualan (valuasi) saham dan peraturan yang bisa menguntungkan kalau kami melakukan dual listing," kata Soelistyo, seperti dikutip situs Reuters, Senin (5/3).
Menurutnya, karena masih tahap pembicaraan, maka PT Aplikasi Karya Anak Bangsa, nama resmi Gojek, mengklaim belum menunjuk penjamin emisi untuk aksi korporasi tersebut.
Namun, kata Soelistyo, salah satu tujuan IPO adalah ingin para mitra pengemudi ikut memiliki saham Gojek.
Usai disuntik dana oleh PT Astra International Tbk dan Grup Djarum pada Februari kemarin, perusahaan milik Nadiem Makarim ini semakin percaya diri untuk berekspansi keluar Indonesia.
Mengutip situs Dealstreetasia, Gojek sedang dalam proses merekrut tenaga profesional di Vietnam sebagai bagian dari ekspansi bisnisnya di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya diberitakan, Gojek telah berekspansi ke Bangalore, India, pada November 2016, dan Bangladesh satu tahun berikutnya.
Dengan jumlah pemakai motor sebesar 45 juta dari total populasi 93 juta jiwa, membuat Vietnam sebagai pasar yang memikat untuk layanan penjualan kendaraan roda dua tersebut.
Ekspansi Gojek ke Vietnam juga dinilai sebagai pilihan ekspansi berbiaya rendah ketimbang ke Singapura atau Malaysia.
Padahal, akhir tahun lalu, Nadiem mengisyaratkan Gojek akan membidik Filipina untuk melebarkan sayap bisnisnya. Vietnam akan menjadi pasar ketiga bagi Gojek di luar Indonesia setelah India dan Bangladesh.
Untuk nama terakhir, Gojek telah berinvestasi di startup ojek online negara tersebut, Pathao, pada akhir November 2017.
Analis Senior perusahaan konsultan Forrester, Xiaofeng Wang, memperkirakan bahwa Gojek bakal menjadi platform digital yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia.
Hal ini karena Gojek memiliki layanan transportasi, Gojek dan Gocar, Gofood, Gobox, Go Massage, serta Gopay.
"Itu juga merupakan kunci utama yang disukai investor utamanya seperti Temasek dan Tencent asal China. Mereka tahu betul tentang kekuatan ekosistem digital, dan Gojek telah membangunnya di Indonesia, seperti Google di Amerika Serikat dan WeChat dari China," ungkapnya. (ren)