Dominasi Gojek di Indonesia Diklaim Bisa seperti Google

CEO Gojek Nadiem Makarim.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Layanan transportasi online lokal, Gojek, diperkirakan menjadi platform digital yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia. Hal ini karena perusahaan milik Nadiem Makarim itu memiliki layanan transportasi, Gojek dan Gocar, Gofood, Gobox, Go Massage, serta Gopay.

Grab Hadirkan Fitur Baru untuk Keluarga

"Itu juga merupakan kunci utama yang disukai investor utamanya seperti Temasek dan Tencent asal China. Mereka tahu betul tentang kekuatan ekosistem digital, dan Gojek telah membangunnya di Indonesia, seperti Google di Amerika Serikat dan WeChat dari China," kata Analis Senior perusahaan konsultan Forrester, Xiaofeng Wang, seperti dikutip Reuters, Rabu, 28 Februari 2018.

Wang menuturkan, sistem pembayaran Gojek, yang dikenal dengan Gopay, telah muncul sebagai salah satu platform pembayaran mobile terpopuler di Indonesia.

Grab Pertemukan 4 Startup Lokal Ini ke 100 Calon Investor Potensial

Kantor Gojek

Hal ini diikuti oleh kompetitornya asal Singapura, Grab, yang membeli layanan pembayaran Kudo pada 2017, yang melihat masa depan cerah sistem pembayaran mobile. Namun yang pasti, Gojek berencana untuk mulai berekspansi ke luar Indonesia, yaitu di Filipina pada tahun ini, dan akan diikuti oleh negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

Siap-siap, Driver Grab Bakal Dapat Ini

Pada Februari 2018, PT Astra International Tbk menggelontorkan dananya ke Gojek sebesar Rp2 triliun, dan anak perusahaan Grup Djarum, PT Global Digital Niaga.

Akan tetapi, sumber Reuters menyebut BlackRock dan Temasek menginvestasikan masing-masing sekitar US$100 juta atau Rp1,35 triliun dalam penggalangan dana Gojek yang terbaru.

Kantor Gojek

BlackRock, perusahaan manajemen investasi dengan aset terbesar di dunia, menolak berkomentar. Sejak 31 Desember 2017, BlackRock mengaku memiliki total aset mencapai US$6,28 triliun atau Rp85 ribu triliun.

Sebelumnya, perusahaan investasi kakap SoftBank meminta Uber untuk fokus pada pertumbuhan di Amerika Serikat, Eropa, Amerika Latin, dan Australia, bukan Asia.

Perusahaan asal Jepang itu melihat Uber ngap-ngapan bersaing di pasar transportasi online di Asia, khususnya dengan Grab dan Gojek di Asia Tenggara.

Sebelumnya, Uber telah tergelincir di China dan Rusia yang berujung pada penjualan saham mereka ke Didi Chuxiang dan Yandex.

Namun, hal itu dibantah keras oleh Chief Executive Officer (CEO) Uber Dara Khosrowshahi, jika perusahaannya akan hengkang dari pasar Asia dan berencana menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya