Inikah 'Kiamat' Bagi Laptop dan Smartphone?

Ponsel bekas
Sumber :
  • digitaljournal.com

VIVA.co.id – Laptop dan smartphone dikabarkan akan semakin menghilang seiring dengan komponen produksi yang langka. Hal ini diungkap oleh peneliti internasional dari University of Delaware.

Plastics & Rubber Indonesia 2024, Dorong Inovasi Daur Ulang dan Efisiensi Pengurangan Limbah

Dilansir melalui Express.co.uk, Senin, 28 Agustus 2017, bumi ini sedang menghadapi kekurangan mineral yang kronis, khususnya yang biasa digunakan untuk materi pembuatan gadget. Beberapa gadget yang dimaksud seperti smartphone, laptop, mobil listrik, sampai kabel tembaga, komponennya dikabarkan mulai menipis.

Menurut para peneliti tersebut kebutuhan akan produksi alat-alat teknologi di dunia akan semakin tinggi. Namun hal ini tidak diimbangi dengan suplai material yang mencukupi. Bahkan proses daur ulang pun tidak memberikan solusi untuk mencukupi produksi. Ujung-ujungnya, kehabisan material dan gadget berhenti produksi. Apalagi dengan jumlah populasi yang terus bertambah, diprediksi mencapai 8,5 miliar pada 2030, akan membuat mineral yang tersembunyi di bawah bumi akan semakin ekstrim 'digarap'.

Minimalkan Limbah, Begini Strategi Operasional Lippo Karawaci

Beberapa mineral yang dibutuhkan untuk produksi gadget seperti neodimium, terbium, dan iridium. Ketiganya sudah dianggap sebagai mineral langka di bumi.

"Semua sepakat dan setuju pada perubahan iklim, biodiversity, dan manajemen limbah untuk kimia organik tapi tidak ada mekanisme internasional terkait cara untuk memenuhi suplai gadget, dan bagaimana mengkoordinasikannya," ujar Saleem Ali, ketua tim peneliti 

Intip Cara Lippo Karawaci Ubah Limbah Jadi Sumber Daya

Menurut dia, yang masih banyak adalah emas, yang dominan digunakan untuk perhiasan dan hanya sedikit diaplikasikan ke teknologi. Oleh karena itu para ahli dikabarkan sedang berupaya menemukan lokasi-lokasi mineral lain di seluruh dunia yang bisa digunakan untuk menggantikan ketiganya.

"Banyak waktu dan upaya dalam mencari mineral-mineral tersebut. Hanya 10 persen saja yang mampu memperlihatkan hasil. Lokasi mineral biasanya ada di negara miskin, membuatnya semakin memiliki risiko tinggi untuk dijadikan suplai. Tapi ini bisa memenuhi kebutuhan global akan smartphone. Harus dicari solusinya ," kata Ali.

Oleh karena itu, dijelaskannya, ketergantungan akan mineral-mineral tersebut harus bisa dialihkan ke teknologi ramah lingkungan.

Komponen di dalam smartphone

Sejatinya, 'daleman' smartphone didominasi oleh metal (tembaga, emas, platinum, silver dan tungsten, termasuk iridium, terbium dan neodimium) sebanyak 40 persen. Plastik juga mendominasi dalam smartphone dengan komposisi 40 persen. Sisanya, sekitar 20 persen adalah keramik dan jejak material lainnya.

Menurut Mineral Education Coalition, seorang manusia akan terkena paparan banyak material selama hidunya, yakni  245 kilogram material besi, 410 kilogram timbal dan 450 kilogram tembaga. Tidak hanya dari gadget tapi juga perangkat elektronik lainnya. 

Jalin gandeng EcoTouch Terapkan Bisnis Berkelanjutan.

Jalin Gandeng EcoTouch Implementasikan Bisnis Berkelanjutan

Jalin berhasil mengumpulkan 250,1 kilogram pakaian bekas dari karyawan, yang bisa diolah kembali menjadi 531,46 meter kain ramah lingkungan.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024