Melawan Lupa! Pendahulu Galaxy Note 8 yang Bermasalah
- Reuters/Beawiharta
VIVA.co.id – Samsung baru saja mengeluarkan Galaxy Note 8, yang diharapkan akan bisa menghapus kenangan buruk tentang predesesornya, Galaxy Note 7. Padahal kala itu, pemberitaan mengenai meledaknya baterai Galaxy Note 7 menarik perhatian dunia.
Vendor smartphone asal Korea Selatan boleh saja mengeluarkan varian baru Galaxy Note yang dijamin tidak akan meledak. Namunm dalam keterangan pihak UL International, perusahaan independen yang menguji keamanan baterai Galaxy Note 8 mengatakan, kapasitas baterai Note 8 lebih kecil, hanya 3.300 mAh ketimbang Note 7 yang 3.500 mAh.
Sayangnya, Sajeev Jesudas, presiden UL International, maupun pihak Samsung tidak menjelaskan secara teknis apa yang sebenarnya menjadi masalah, sehingga Note 7 meledak. Bahkan, Jesudas juga tidak menyatakan, permasalahan yang penyebabnya masih misterius itu, telah diselesaikan dan tidak akan terjadi di Note 8.
Sebab, kapasitas baterai tidak cukup untuk dijadikan alasan penyebab insiden ini. Masih ada beberapa vendor smartphone yang menggunakan kapasitas baterai lebih besar dari Note 7. Misalnya saja, Asus Zenfone Max yang punya kapasitas baterai sampai 4.100 mAh. Atau, ada juga Lenovo Vibe P1 yang sampai 5.000 mAh.
Kilas balik ke tahun lalu
Tepatnya November 2016, dunia dikejutkan dengan adanya insiden baterai meledak dan melukai pengguna Samsung Galaxy Note 7. Insiden ini tidak hanya terjadi pada satu orang tapi puluhan.Â
Samsung kala itu pun mengeluarkan imbauan kepada para pengguna Galaxy Note 7 untuk melakukan pengembalian perangkat karena kondisi baterai yang membahayakan.
"Hal yang terpenting adalah keselamatan pengguna dan kami tidak ingin mengecewakan pengguna kami yang loyal. Produk yang memiliki baterai bermasalah sejatinya hanya sekitar 0,1 persen dari total unit yang terjual di seluruh dunia. Masalah itu sebenarnya bisa diselesaikan dengan mengganti baterai namun kami ingin membuat pengguna yakin akan keselamatan penggunaan Note 7 sehingga ada baiknya dikembalikan ke Samsung," ujar DJ Koh, Head of Samsung Handset Business, kala itu.
Setidaknya ada 35 laporan terkait dengan baterai yang meledak pada September tahun lalu. Kebanyakan insiden terjadi saat baterai sedang diisi.
Angka resmi diungkap oleh Health Canada, badan pemerintah yang bertanggung jawab terhadap keamanan konsumen, dalam kerja samanya dengan Samsung untuk mengimbau pengguna agar mau menukar Galaxy Note 7 mereka dengan unit yang lain. Dalam laporan itu ada 70 kasus ledakan, dari 22.000 unit Galaxy Note 7 yang dipercaya telah laku terjual hanya di negara itu. Belum termasuk yang terjadi di Amerika dan belahan dunia lainnya, termasuk saat berada di udara (pesawat).
Yang menarik, usai insiden tersebut, pihak penerbangan langsung melarang Galaxy Note 7 masuk ke dalam kabin. Sampai akhirnya, Galaxy Note 7 sama sekali tidak diperbolehkan berada di lingkungan pesawat, termasuk dalam bagasi atau kargo. Bahkan Galaxy Note 7 sempat menjadi olok-olok di permainan Grand Theft Auto, yang mengubah smartphone itu sebagai senjata bom.
Screenshot layar permainan GTA yang menjadikan Galaxy Note 7 sebagai bom
Penerbangan di Indonesia termasuk salah satu dari hampir semua bandara di dunia yang melakukan pelarangan ini. Pada akhir Oktober 2016, Direktorat  Jenderal Perhubungan Udara dari Kementerian Perhubungan, secara resmi melarang penggunaan telepon pintar (smartphone) Samsung Galaxy Note 7 dalam penerbangan.Â
Pelarangan ini tertuang dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.  SE. 21 tahun 2016 yang ditandatangani oleh Dirjen Perhubungan Udara Suprasetyo pada tanggal 20 Oktober 2016. Hal ini merujuk pada  Surat Edaran Federal Aviation Administration (FAA-USA) No: 16-08 tanggal 14 Oktober 2016 tentang _Announcement of a Ban on All Samsung Galaxy Note 7 Smartphone Devices from Air Transportation in the United States.
Semoga, Samsung benar-benar memperbaiki isu baterai kali ini.