Nokia 3310 Dinilai Hanya Andalkan Nostalgia Tanpa Inovasi
- The Independent
VIVA.co.id – Peluncuran ulang ponsel 'sejuta umat' Nokia 3310 memang sempat menyita perhatian pasar Indonesia terhadap merek Nokia. Munculnya kembali ponsel legendaris itu dianggap hanya sebagai pemuas bagi konsumen ‘jadul’. Analis mengatakan, tak dipungkiri peluncuran ulang Nokia 3310 akan menjadi permulaan yang baik bagi Nokia untuk kembali ke pasar Indonesia.
"Namun, tampaknya Nokia bergantung hanya pada esensi nostalgia yang ditargetkan kepada kelompok konsumen yang pernah merasakan masa-masa emas model tersebut, tanpa adanya inovasi fitur apa pun," ujar Associate Market Analyst Mobile Phone IDC Indonesia, Risky Febrian, dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Jumat 10 Maret 2017.
Sementara di luar dari kelompok konsumen tersebut, kata Risky, dinilai tidak akan merespons hadirnya Nokia 3310 dengan baik. Sebabnya, adalah pertimbangan harga Nokia 3310 yang mencapai Rp700 ribu, lebih dari dua kali lipat harga rata-rata ponsel fitur di pasaran.
Pada 2016, Nokia memimpin pasar ponsel fitur di Indonesia dengan pangsa sebesar 24,9 persen dengan merek Microsoft.Â
IDC Indonesia memperkirakan, 49 juta unit ponsel mobile akan masuk ke Indonesia pada 2017. Dari jumlah tersebut, akan didominasi oleh smartphone sebesar 32 juta unit, dan diikuti oleh ponsel fitur sekitar 17 juta unit. Selain itu, pangsa sistem operasi masih didominasi oleh Android sebesar 99 persen.
Nokia 3310 versi baru hadir dengan tampilan layar berwarna, desain lebih tipis dan ringan. Varian warna pun lebih 'ngejreng', seperti merah, kuning dan hijau. Selain baterai yang tahan lama, Nokia 3310 tetap mempertahankan game legendaris Snake II. (mus)
Â