Smartphone Produksi Anak Bangsa ini Dijual Eksklusif

Pabrik perakitan Digicoop
Sumber :
  • Viva.co.id/ Agus Tri

VIVA.co.id – Berbeda dengan bisnis ponsel pada umumnya, smartphone Digicoop hadir ke pasar melalui konsep koperasi. Dengan demikian, masyarakat bisa berinvestasi menjadi anggota koperasi, namun mendapatkan smartphone Digicoop.

82,6 Persen Warga 3T Sudah Online, tapi Ada Masalah yang Belum Terpecahkan

"Ponsel ini tidak dijual ke luar (umum) karena Digicoop didapatkan hanya dengan menjadi anggota. Jadi, kenapa mesti beli ponsel?" kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Henry Kasyfi, di Cikarang, Jawa Barat, Jumat 20 Januari 2017.

Digicoop hadir lewat Koperasi Digital Indonesia Mandiri (KDIM) yang diinisiasi oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dan APJII. Dengan KDIM, anggota koperasi berhak mendapatkan satu buah unit smartphone Digicoop.

Digitalisasi dan Pengembangan Industri Lokal Jadi Fokus Utama

"Keanggotaan KDIM ini sifatnya seperti bank tabungan pokok. Dia dapat satu unit smartphone pas masuk jadi anggota kita," lanjut Henry.

Keanggotaan KDIM tak hanya untuk anggota APJII atau Mastel saja, tetapi terbuka bagi seluruh masyarakat. Untuk menjadi anggota, besaran Simpanan Pokok Anggota Rp100 ribu yang dibayar sekali di depan saat menjadi anggota. Sedangkan Simpanan Wajib per tahun adalah Rp1,2 juta.

APJII: Regulasi yang Kaku Hambat Pertumbuhan Sektor Telekomunikasi

Proses menjadi anggota KDIM ini bisa dilakukan melalui pendaftaran secara online di www.digicoop.id. Disebutkan anggota koperasi tidak dibatasi untuk suatu regional tertentu saja.

Ketua Umum Mastel, Kristiono, mengungkapkan bahwa meski KDIM memproduksi smartphone, namun tidak seperti perusahaan ponsel umumnya. KDIM memberlakukan anggotanya itu sebagai pemilik.

"KDIM itu kumpulan orang bukan kumpulan modal. Semua bisa bergabung dengan kita," lanjut Kristiono. (ren)

Ilustrasi bebas berselancar di internet.

556 Desa di Indonesia Belum Tersentuh Internet

Saat ini, 1.020 desa telah diidentifikasi membutuhkan sinyal internet, di mana sekitar 464 desa telah disolusikan, sementara 556 desa masih dalam proses.

img_title
VIVA.co.id
18 September 2024