Bos Yota Sindir Apple yang Masih Diproduksi di China

Yotaphone 2 debut di pasar Indonesia. Diluncurkan di Russian Centre for Science & Culture, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Selasa (16/02/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto

VIVA.co.id - Perusahaan teknologi asal Rusia, Yota, menjalani debut di pasar Indonesia dengan menghadirkan Yotaphone 2, smartphone dengan teknologi dua layar. Meski berasal dari Rusia, tetapi produksi ponsel pintar 'bermuka dua' tersebut masih dilakukan di Tiongkok.

Hal itu tak dipungkiri oleh Yota. Menurut mereka tak ada yang salah bila produknya dibuat di Tiongkok, sebab ada juga ponsel yang sudah terkenal dengan kualitas premium tapi sama juga diproduksi di negeri Tirai Bambu.

"Iya, Yotaphone diproduksi di Tiongkok, itu bukan rahasia. Bahkan, Apple juga melakukan produksi untuk ponselnya di Tiongkok dengan kerja sama dengan Foxconn. Jadi, ini bukan masalah," ujar Business Development Director Yota Devices, Mikhail Belousov ditemui di Russian Centre for Science & Culture, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Selasa 16 Februari 2016.

Kehadiran Yota turut meramaikan peta persaingan pasar gawai di Indonesia sekarang. Diketahui sebelumnya banyak perusahaan teknologi global juga sudah terlebih dahulu terjun di Tanah Air, baik itu yang berasal dari Eropa, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat yang bersaing untuk mendominasi pasar Indonesia.

Disampaikan Belousov, perusahaannya memiliki program jangka panjang untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Ke depannya, kata Belousov, Yota akan menghadirkan beberapa seri ponsel pintar inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

"Yotaphone 2 dipasarkan hanya di Singapura dan Indonesia. Konsep dua layar ini diharapkan menjadi sebuah perangkat yang mampu memikat konsumen dan menjadi konsep ponsel di masa depan. Kita akan hadirkan Yotaphone 3, sedang kita kembangkan. Tentunya sudah 4G tapi untuk kalangan kelas menengah," jelas dia.

Soal pembangungan pabrik, Yotaphone masih terkesan 'malu-malu' membicarakannya. Seperti diketahui setiap perangkat yang sudah mendukungan jaringan 4G Long Term Evolution (LTE) diharuskan membangun pabrik atau bekerja sama dengan manufaktur lokal. Hal ini sebagai implementasi dari aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

"Kita punya rencana jangka panjang mengembangkan bisnis di Indoneia. Untuk bangun pabrik, mungkin itu terlalu cepat bagi kita, tapi ke depannya mungkin saja bisa terjadi. Sekarang kita untuk mengikuti regulasi TKDN dengan kerja sama manufaktur lokal dulu," kata dia.

5 Ponsel Buatan Rusia, Ada yang Pernah Masuk Indonesia