Ada Pentagon di Belakang Prosesor Kuantum Majorana 1 Milik Microsoft
- Dok. Microsoft
Jakarta, VIVA – Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) Microsoft telah meluncurkan prosesor kuantum Majorana 1, dan menyebutnya sebagai langkah besar menuju komputasi kuantum yang praktis.
Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA) Pentagon atau Departemen Pertahanan AS telah memasukkan penelitian tersebut ke dalam salah satu programnya, mengutip pernyataan resmi Microsoft, seperti dikutip dari situs Russia Today, Jumat, 21 Februari 2025.
Sebagai informasi, Microsoft memiliki hubungan yang erat dan mapan dengan militer AS, terutama di bidang layanan cloud serta penelitian dan pengembangan (R&D).
Microsoft mengatakan bahwa chipset barunya didukung oleh topokonduktor pertama di dunia, yang mampu menciptakan keadaan materi yang sepenuhnya baru dengan fitur konduktivitas yang sangat tinggi, membuat komputasi jauh lebih stabil.
Menurut Microsoft, salah satu masalah utama komputasi kuantum adalah kerapuhan bit kuantum yang ekstrem, yang sangat rentan terhadap segala jenis gangguan eksternal, sehingga memerlukan teknik koreksi kesalahan yang kuat dan sangat canggih.
Namun, menurut Microsoft, Majorana 1 mengandalkan qubit topologi - yang dirancang agar tahan terhadap kesalahan.
Perusahaan juga mengatakan bahwa prosesor barunya 'menandai lompatan transformatif menuju komputasi kuantum praktis', yang dapat mengarah pada 'inovasi seperti bahan penyembuhan diri yang memperbaiki retakan di jembatan, pertanian berkelanjutan, dan penemuan kimia yang lebih aman', sehingga menghemat waktu dan uang untuk penelitian ilmiah yang ekstensif.
DARPA Pentagon, yang mengkhususkan diri dalam pengembangan teknologi canggih untuk penggunaan militer, mengikutsertakan Microsoft dan PsiQuantum, perusahaan komputasi lainnya, dalam tahap akhir program Underexplored Systems for Utility-Scale Quantum Computing (US2QC).
Microsoft memandang langkah DARPA 'sebagai validasi peta jalan kami untuk membangun komputer kuantum yang toleran terhadap kesalahan'.
DARPA Pentagon menyatakan minatnya pada penelitian tersebut pada awal Februari 2025, dengan mengatakan para ahlinya 'telah memeriksa secara mendalam' pendekatan teknis perusahaan dan rencana penelitian dan pengembangan (R&D) jangka panjang.
Meski begitu, DARPA Pentagon tidak mengatakan apakah pemerintah AS telah berinvestasi atau berencana untuk mendukung penelitian secara finansial.
Microsoft memiliki hubungan yang erat dan mapan dengan militer AS, terutama di bidang layanan cloud serta penelitian dan pengembangan (R&D).
Pada 2022, Pentagon membagi kontrak komputasi awan senilai US$9 miliar di antara empat raksasa teknologi AS, termasuk Microsoft.
Empat tahun sebelumnya, Microsoft mendapatkan kontrak untuk mengembangkan Sistem Augmentasi Visual Terpadu (IVAS) untuk Angkatan Darat AS (US Army).
Proyek ini bertujuan untuk melengkapi tentara dengan headset realitas tertambah guna meningkatkan efektivitas tempur, meskipun telah berulang kali dikritik karena kelemahan teknologinya.
Lalu, awal bulan ini, Microsoft bermitra dengan kontraktor pertahanan Anduril Industries untuk melanjutkan pengembangan IVAS.