Google Ikut-ikutan Mau Meramal Cuaca

Ilustrasi cuaca ekstrem.
Sumber :
  • Pexel

Jakarta, VIVA – Rakasa teknologi asal Amerika Serikat (AS), Google, mengumumkan model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang bisa memprediksi cuaca, disebut GenCast, seperti dikutip dari situs GSM Arena.

Pantau Cuaca di Malam Pergantian Tahun, BMKG: Insya Allah Kondusif

Model AI ini dikembangkan oleh DeepMind, unit bisnis Google yang fokus mengembangkan AI, yang dilatih menggunakan Google Cloud TPU v5, yaitu akselerator AI yang dirancang khusus untuk pelatihan dan inferensi model AI.

Dengan begitu, GenCast bisa memberikan 50 lebih prediksi cuaca dengan probabilitas yang berbeda, salah satunya untuk prediksi 15 hari ke depan. Proses analisis untuk prakiraan tersebut hanya berlangsung dalam delapan menit.

Liburan Nataru, Penerbangan di 37 Bandara Banyak yang Delay gegara Faktor Cuaca

Beberapa prediksi cuaca juga bisa dilakukan secara bersamaan atau paralel. Praktik yang sama bila memakai cara tradisional, membutuhkan waktu berjam-jam pada komputer dengan sistem komputasi mutakhir.

Seperti diketahui, cuaca bisa mempengaruhi manusia, misalnya dalam menentukan keputusan, keselamatan, hingga cara hidup. Prakiraan cuaca saat ini juga dinilai penting karena perubahan iklim yang berdampak pada cuaca ekstrem.

Akibat Perubahan Iklim, 3.700 Orang di Dunia Tewas Sepanjang 2024

Namun, Google menilai bahwa prakiraan cuaca saat ini belum memadai, kurang mendekati pasti, khususnya untuk taksiran beberapa hari ke depan.

Untuk itulah, GenCast dikembangkan dengan prakiraan ensemble, di mana model AI ini akan memprediksi berbagai kemungkinan skenario cuaca.

Metode ensemble di sini, dinilai lebih baik dibanding prakiraan tunggal, karena bisa memberikan prediksi yang lebih lengkap untuk cuaca dalam beberapa hari hingga beberapa minggu ke depan setelah analisis dilakukan.

GenCast diklaim lebih baik dibanding prakiraan metode ENS dari European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF). Metode ini dipakai oleh 35 negara di dunia untuk memprediksi cuaca secara resmi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa GenCast menghasilkan prakiraan cuaca yang lebih akurat dibanding ENS untuk cuaca sehari-hari dan kondisi ektrem 15 hari ke depan.

Model AI ini juga unggul dalam memprediksi jalur badai dan siklon tropis lainnya, termasuk soal di mana badai mendarat.

Kendati demikian, GenCast diharapkan menjadi pelengkap metode prakiraan tradisional, bukan sebagai pengganti. Adapun, Google menghadirkan GenCast sebagai model AI terbuka.

Ke depannya, raksasa teknologi ini berencana bekerja sama dengan lembaga terkait prakiraan cuaca dan ilmuwan demi membuat prakiraan cuaca yang lebih baik lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya