Konsumen Indonesia Melirik Smartphone Menengah sampai Premium
- Pixabay
VIVA Tekno – International Data Corporation (IDC) mengungkap laporan terbarunya mengenai kondisi pasar smartphone atau ponsel pintar di Indonesia yang pada 2022 berakhir dengan kondisi melemah terlihat dari turunnya penjualan sebesar 14,3 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Penurunan yang terjadi di tahun lalu menjadi yang pertama bagi pasar smartphone Indonesia setelah 13 tahun berturut-turut menunjukkan pertumbuhan positif. Hal tersebut nampaknya juga akan kembali terjadi pada 2023 dengan adanya tantangan inflasi global yang dialami banyak negara.
"Konsumen akan lebih hati-hati dengan pengeluaran mereka dan perusahaan-perusahaan ponsel pintar juga akan lebih hati-hati dalam menyusun strategi, sambil mengatur ulang pendekatan mereka terhadap pasar," ujar Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia, dalam keterangan resminya, Minggu, 19 Februari 2023.
Pada laporan bertajuk "IDC Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker" khusus di kuartal IV 2022, pasar di Indonesia mengalami penurunan sebesar 17,6 persen dibandingkan di 2021. Meski begitu ada sedikit pertumbuhan jika dibandingkan dengan kuartal III 2022 sebesar 3,9 persen dengan jumlah pengiriman sebesar 8,5 juta unit smartphone.
Peningkatan tersebut dinilai dapat tercapai dengan adanya peluncuran produk-produk baru di akhir tahun yang menggaet hati konsumen meski permintaan pasar terbilang lemah.
Salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan penjualan ponsel pintar tahun lalu ialah masih adanya tantangan terhadap rantai pasok yang masih terjadi sejak awal semester 2022. Lalu, turunnya daya beli konsumen pada gadget/gawai juga terjadi di semester II 2022.
Faktor ekonomi seperti inflasi memiliki pengaruh besar terhadap daya beli konsumen, terutama pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, yang lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan primer mereka.
Ada juga faktor peningkatan pengeluaran di aspek-aspek lain seperti transportasi, seiring dengan kembalinya masyarakat ke kondisi normal seperti sebelum pandemi Covid-19.
Jika dilihat dari segi harga, untuk smartphone entry-level atau kelas pemula yang dibanderol seharga US$200 (Rp3 juta) ke bawah, maka kontribusinya terlihat paling besar di 2022 dengan persentase 74 persen untuk seluruh pasar ponsel di Indonesia.
Namun, sebenarnya pasar ini yang paling terdampak dengan penurunan sebesar 19,8 persen dibandingkan 2021. Di segmen kelas menengah untuk ponsel seharga US$200-400 (Rp3 juta-Rp6 juta), serta ponsel pintar kelas atas yang dibanderol US$400-600 (Rp6 juta-Rp9 juta) ke atas justru bertumbuh dengan tingkat gabungan sebesar 3,6 persen dibanding 2021.
Sementara untuk smartphone kelas premium yang dibanderol mulai dari US$600 (Rp9 juta) ke atas, justru memiliki perfoma lebih baik dengan pertumbuhan sebesar 36,9 persen dengan pemimpin pasar Apple dan Samsung.
Dari segi kanal penjualan, saat ini penjualan secara online melambat seiring masyarakat mulai berkegiatan di luar rumah dan akhirnya berbelanja langsung ke gerai. Pada 2023, IDC memprediksi kondisi pasar ponsel pintar di Indonesia akan stabil dan peluang untuk pertumbuhan terbilang kecil.
“Kami memperkirakan tahun ini akan stabil. Skenario yang lebih positif dapat membuka kemungkinan pertumbuhan kecil di angka satu digit, pada saat dunia berjuang melawan inflasi, pergerakan kurs, ketegangan geopolitik, dan kebijakan-kebijakan moneter," kata Vanessa.
Untuk smartphone entry-level diperkirakan masih akan mengalami tekanan karena masyarakat kini berfokus untuk menggunakan dananya untuk pengeluaran lain. Sementara yang kelas premium, nampaknya justru masih akan bertumbuh karena banyaknya pengguna ponsel pintar yang kini mengutamakan usia pemakaian yang lebih tahan lama dengan spesifikasi lebih baik.