Tahapan Proses Produksi HP Infinix di Indonesia

Situasi Pabrik PT ARM yang merakit ponsel Infinix.
Sumber :
  • VIVA/Muhammad Naufal

VIVA Tekno – Raksasa teknologi China, Infinix, merakit ponsel untuk Indonesia di Pabrik PT Adhi Reka Mandiri (ARM) yang terletak di Delta Silicon, Cikarang, Jawa Barat.

PBB Tunjuk Alumni IPB Yurdi Yasmi Jadi Direktur FAO

Pabrik ini mengklaim secara stabil mampu memproduksi sebanyak 9 ribu unit smartphone Infinix per harinya sejak Januari 2022.

Meski begitu, PT ARM mengakui jika hadirnya pandemi COVID-19 selama dua tahun sempat memukul produksi.

Targetkan RI Swasembada Aluminium, MIND ID Genjot Kapasitas Produksi dan Smelter

“Karena shortage, makanya kita sempat kena imbas COVID-19. Kalau dibilang turun ya turun. tapi enggak berhenti (produksi),” ujar Wisnu Sarwo Weweka, Production Department Head PT ARM, Kamis, 21 Juli 2022.

Ia menambahkan, pada saat COVID-19 melanda, mereka hanya memproduksi kurang dari setengahnya, yakni sekitar 4 ribu unit saja per hari. Tetapi, saat menginjak awal tahun ini, produksi aman kembali dengan target harian mencapai 9 ribu unit.

Prabowo Pastikan Tidak Impor Beras Tahun 2025, Ini Alasannya

Soal komponen lokal yang disematkan pada ponsel Infinix, Wisnu mengaku lantaran aturan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang mengikat, serta beberapa sparepart menggunakan keluaran lokal.

“Pasti ada penggunaan (komponen) lokal. Kan, ada aturan pemerintah, TKDN, gift box, user manual, USB charging, dan label. Sedangkan untuk yang lainnya masih impor,” ujar Wisnu.

Ia juga menjelaskan, untuk memproduksi satu jenis HP biasanya memakan waktu mencapai 2 hingga 3 bulan lamanya.

“Kami kan ada beberapa proses. Kalau produksi yang tiga bulanan mulai dari start TKDN. Yang lama itu regulasinya. Mulai dari TKDN dan lain-lain,” jelasnya.

Wisnu menerangkan, untuk membuat satu unit smartphone ada tiga tahap yang harus dilalui. Mulai dari assembly, running test, hingga packing pada bagian akhir.

Pertama adalah assembly line. Ini proses yang dimulai dengan pengecekan material baik secara kualitas maupun kuantitas.

Setelah itu akan dipastikan bahwasanya tidak ada masalah pada komponen, dan barulah proses perakitan bisa dimulai.

Pengecekan pertama ponsel dimulai dengan memastikan tidak ada sensor atau fitur dasar yang terlewat, yang disebut sebagai proses current test. “Jika berhasil melewati proses ini maka selanjutnya adalah pemasangan baut-baut,” tutur Wisnu.

Setelah itu pengujian terhadap ponsel akan kembali dilakukan. Mulai dari pengujian fungsi layar, jaringan WiFi, fungsi GPS, fungsi flash, fungsi kamera, serta fungsi-fungsi lainnya untuk memastikan ponsel dapat bekerja dengan optimal setelah disatukan.

Kedua ada running test, di mana setiap unit ponsel akan diuji fitur-fiturnya dalam kondisi menyala selama delapan jam nonstop.

Setelah melewati proses ini, ponsel-ponsel yang telah berhasil memenuhi standard akan disiapkan untuk masuk ke dalam tahapan ketiga atau terakhir, yaitu packing. Langkah pertamanya adalah tahapan penulisan "IMEI".

Setelah nomor IMEI diinjeksi maka ponsel akan disematkan pelindung layar dan barulah setelah itu dapat dimasukkan ke dalam boks beserta dengan aksesoris tambahan seperti, kabel pengisi daya hingga manual book ponsel.

Setelah itu boks tersebut pun akan ditimbang dan harus sesuai dengan standard yang ditentukan, yakni 400 gram. Selanjutnya, packing yang dianggap memenuhi syarat akan dibungkus dengan "Shrink Pack" agar ponsel tersebut tersegel rapih dan siap untuk dikirimkan ke distributor.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya