BlackBerry Masih Bisa Bernafas
- CellphoneS
VIVA – BlackBerry, perusahaan teknologi asal Kanada yang dikenal dengan layanan Blackberry Messenger (BBM) serta ciri khas ponsel keypad Qwerty, membantah perkiraan Wall Street untuk pendapatan kuartal terbarunya. Hal tersebut ditopang permintaan berkelanjutan untuk keamanan siber dan produk Internet of Things (IoT).
Permintaan akan perangkat lunak keamanan siber semakin kuat karena banyak pebisnis dan organisasi pemerintah yang bermigrasi ke solusi berbasis cloud untuk mendukung pekerjaan jarak jauh selama pandemi COVID-19.
Pencapaian ini muncul beberapa tahun setelah BlackBerry mundur dari pasar smartphone atau ponsel pintar karena tak mampu menyaingi Android dan iPhone pada 2015.
Lalu, Blackberry kini ternyata menunjukan pertumbuhan perusahaan yang positif sejak fokus pada pengembangan software dan pengamanan siber.
Mereka pun nampaknya bangkit dan mulai menguat. Mengutip situs Market Watch, Kamis, 23 Desemnber 2021, pendapatan BlackBerry memang masih turun menjadi US$184 juta untuk kuartal yang berakhir 30 November, dari US$218 juta satu tahun sebelumnya. Namun, capaian tersebut mengalahkan ekspektasi rata-rata analis sebesar US$177,25 juta.
Untuk sektor perangkat lunak keamanan siber, BlackBerry membukukan pendapatan sebesar US$128 juta dan memperkirakan akan menjadi antara US$125 juta dan US$135 juta pada kuartal berikutnya, di bawah perkiraan US$143 juta oleh seorang analis.
Kepala Eksekutif BlackBerry John Chen berharap masalah rantai pasokan otomotif mereda pada kuartal keempat dan membantu meningkatkan permintaan untuk perangkat lunak mobil QNX, yang digunakan oleh pembuat mobil termasuk Volkswagen, BMW dan Ford Motor.
Sementara itu, BlackBerry melaporkan laba bersih sebesar US$74 juta pada kuartal ketiga tahun ini. Kinerja tersebut terbilang positif mengingat pada tahun sebelumnya masih mengalami kerugian sebesar US$130 juta.