Obati Fobia Laba-laba Bisa Lewat Ponsel
- bbc
Ketakutan berlebihan – atau fobia – terhadap sesuatu adalah perasaan yang dimiliki banyak orang. Dan laba-laba termasuk di antara pemicunya.
Terapi eksposur adalah cara yang paling terkenal untuk mengatasi fobia, tapi banyak orang menganggapnya menakutkan atau memakan waktu.
Jadi, mereka lebih suka menghindari pemicu itu dengan cara apapun, sehingga tidak perlu repot-repot mencari bantuan profesional.
Namun, teknologi bisa membantu orang mengatasi ketakutan mereka dengan membuka diri secara virtual ketika merasa nyaman.
Para ilmuwan di Universitas Basel, Swiss, telah mengembangkan aplikasi ponsel pintar atau smartphone yang membantu orang-orang mengatasi ketakutan mereka.
Aplikasi yang disebut Phobys ini menggunakan teknologi augmented reality (AR) atau realitas tertambah untuk memproyeksikan laba-laba virtual ke layar ponsel pengguna.
Cara kerja pengobatan ini seperti permainan, yakni pengguna beralih mengerjakan beberapa tugas menantang setelah merasa nyaman – seperti melihat laba-laba, mendekatinya, lalu meletakkan tangan mereka di bawahnya.
Untuk level yang rendah, tidak akan dipungut biaya alias gratis, tapi Anda harus membayar saat melewati sejumlah tahapan.
Tulisan di Journal of Anxiety Disorders mengatakan para peneliti melaporkan pengujian aplikasi dengan 33 peserta yang menggunakan di rumah sebanyak enam kali selama 30 menit selama dua minggu.
Kemajuan mereka kemudian dibandingkan dengan perasaan takut yang diperlihatkan oleh 33 peserta lain yang juga mengidap fobia laba-laba, tapi tidak memakai aplikasi tersebut.
Kedua kelompok diminta untuk mendekati laba-laba asli dalam kotak transparan sebelum dan sesudah percobaan. Mereka yang telah menggunakan aplikasi itu menunjukkan rasa takut dan jijik yang jauh lebih kecil di akhir percobaan, dibandingkan dengan mereka yang tidak.
Eksposur terkontrol
"Lebih mudah bagi orang yang takut laba-laba untuk menghadapi laba-laba virtual daripada yang asli," kata Anja Zimmer, penulis utama penelitian tersebut.
Zimmer mengatakan kepada BBC, dia sangat fobia terhadap laba-laba beberapa tahun lalu", jadi keterlibatannya dalam penelitian ini atas dasar motivasi pribadi.
"Kami benar-benar mencoba menerapkan apapun yang kami ketahui dari terapi tersebut ke dalam aplikasi pada ponsel ini. Jadi sangat mirip dengan apa yang akan Anda lakukan dalam terapi di kehidupan nyata yang fobia laba-laba," jelasnya.
"Tingkat kesulitannya bertambah seiring dengan kenaikan level. Aplikasi ponsel ini menanyakan soal ketakutan dan rasa jijik Anda, dan ketika Anda merasa takut dan rasa jijik Anda sedikit berkurang, maka Anda bisa naik ke level berikutnya untuk tugas yang berbeda."
Para peneliti mengatakan aplikasi ini dapat digunakan di rumah oleh orang-orang yang mengidap fobia laba-laba ringan, tetapi bagi mereka yang mengalami ketakutan parah disarankan untuk melakukannya di bawah pengawasan profesional.
Studi terbaru menyorot manfaat dari pengendalian diri terhadap fobia, kata Warren Mansell, dosen Psikologi Klinis di Universitas Manchester, Inggris. Kendati ia tidak terlibat dalam penelitian di Swiss.
Riset yang dilakukan Mansell, yang diterbitkan dalam Journal of Anxiety Disorders pada 2017, menemukan bahwa terapi terhadap fobia akan lebih efektif ketika orang dapat mengontrol tingkat paparan atau eksposur mereka sendiri.
"Keuntungan dari sebuah aplikasi adalah memungkinkan pengguna untuk mengontrol dan menilai eksposur mereka sendiri dengan kecepatan mereka sendiri, daripada mengandalkan terapis," katanya kepada BBC.
"Literatur yang lebih luas menunjukkan bahwa terapis yang baik menyediakan terapi eksposur sebenarnya dengan memberikan `dukungan otonomi` - membantu pasien untuk lebih memegang kendali."
Perkiraan atas berapa banyak orang yang mengidap fobia tertentu sangat bervariasi. Ada sejumlah perasaan takut yang berlebihan dengan pemicu tertentu, seperti ketinggian atau hewan. Perasaan takut itu pun bervariasi, dan ditemukan pada 3 sampai 5 persen dari populasi yang diteliti.
Anxiety UK, sebuah badan amal di Inggris, mengatakan setiap terobosan baru dalam pengobatan fobia dapat "diterima". Dan bahwa aplikasi bisa menjadi "alat yang gampang diakses" untuk menemukan alternatif pengobatan tradisional.
"Namun, saat sebuah aplikasi dapat mencerminkan eksposur bertahap atas objek yang memicu rasa takut untuk membantu mengurangi dan mengelola rasa takut, kasus yang lebih parah atau kompleks mungkin memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda," kata Anxiety kepada BBC.
Pengobatan itu bisa memasukkan "konseling atau terapi bicara," tambahnya.
Salah satu contoh pengobatan tersebut adalah Terapi Perilaku Kognitif, "yang bertujuan untuk mengganti respons ketakutan dengan relaksasi, melalui eksposur bertahap terhadap pemicu fobia," sambungnya.