Drone Pembunuh Bisa Menyerang Manusia Tanpa Diperintah
- www.pixabay.com/MabelAmber
VIVA – Drone atau pesawat nirawak telah menjadi andalan di medan perang selama bertahun-tahun. Meski begitu, perangkat terbang ini tetap membutuhkan manusia sebagai pengendali atau pilot untuk menargetkan dan menembak target serangan.
Tapi sepertinya tren itu akan berubah. Tahun lalu, sekelompok pemberontak Libya diserang oleh drone yang bergerak secara otonom, menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Laporan tersebut menuduh 'kendaraan udara tempur tak berawak dan sistem senjata otonom mematikan' ini menyerang pemberontak tanpa kendali operator manusia. Jika benar maka hal itu menandai pertama kalinya mesin bertindak sendiri dengan target manusia.
Kendati tidak ada kasus kematian yang dilaporkan, tapi drone tersebut sarat dengan bahan peledak dan mampu menimbulkan korban yang signifikan, mengutip situs Metro, Rabu, 2 Juni 2021.
Menurut laporan PBB yang dikeluarkan oleh Panel Ahli Dewan Keamanan PBB untuk Libya, Drone Kargu-2 Quadcopter buatan Turki dikerahkan di salah satu negara Afrika Utara itu pada Maret 2020.
Insiden ini terjadi selama pertempuran kecil antara pemerintah Libya dan pasukan pemberontak yang setia kepada Khalifa Haftar, seorang panglima angkatan udara yang memisahkan diri dari Tentara Nasional Libya.
Kargu-2 Quadcopter sebenarnya dikendalikan oleh manusia. Tapi, drone ini juga bisa mencari target secara mandiri menggunakan kamera on-board dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ketika target dikunci pada jarak yang sudah cukup dekat, maka pesawat tanpa awak itu langsung melepaskan bom.
Pasukan pemberontak Libya dilaporkan mundur dari Tripoli, ibu kota Libya, ketika mereka diburu dari jarak jauh oleh drone tersebut. Para pemberontak yang tidak terlatih itu pun kemudian mencoba bertahan dari serangan Drone Kargu-2 Quadcopter.
"Begitu pasukan pemberontak mundur, mereka terus menjadi sasaran drone yang mematikan itu," bunyi laporan PBB. Drone memang diprogram untuk menyerang target tanpa memerlukan konektivitas data antara operator dan amunisi. Jika laporan itu terbukti akurat, maka menjadi yang pertama kalinya drone otonom memburu dan menyerang manusia.