Xiaomi Tidak Ingin Bernasib Seperti Huawei
- 91Mobiles
VIVA – Saat ini baru lima perusahaan teknologi yang bisa mengembangkan chipset atau prosesor untuk ponsel pintar atau smartphone. Tiga di antaranya Samsung, Apple dan Huawei, serta dua lainnya MediaTek asal Taiwan dan Qualcomm dari Amerika Serikat (AS).
Namun, Xiaomi tidak mau kalah. Raksasa teknologi China itu diketahui mencoba melakukan hal yang sama dengan membuat chipset sendiri bernama Surge S1. Bahkan, Xiaomi terus meningkatkan investasinya di chipset karena melihat kekonyolan AS terhadap rekan senegaranya, Huawei Technologies.
Hal ini lantas memicu kampanye nasional untuk mengurangi ketergantungan China pada teknologi asing, terutama negeri Paman Sam. Xiaomi kemudian melakukan aksi korporasi dengan membeli 34 perusahaan produsen chipset di negaranya sendiri sejak 2019 hingga Maret 2021, seperti dikutip dari situs Kr-Asia, Minggu, 4 April 2021.
Langkah tersebut juga menambah kepemilikan Xiaomi di hampir 25 perusahaan hardware atau perangkat keras lainnya di luar semikonduktor. Raksasa teknologi milik Lei Jun ini membidik pengembang dan pembuat peralatan chipset, startup dan pembuat tampilan canggih, lensa dan otomatisasi kamera, dan peralatan presisi.
Apa yang dilakukan Xiaomi sejalan dengan roadmap atau peta jalan Pemerintah China untuk membangun rantai pasok (supply chain) manufaktur teknologi yang lebih kompetitif untuk memperkuat industri teknologinya.
Xiaomi sepertinya tidak ingin bernasib seperti Huawei, meski mereka juga terkena sasaran tembak AS yang dituduh memiliki ikatan kuat dengan militer China. Tudingan yang selalu dibantahnya. Tidak heran AS menyerang Xiaomi karena mereka mulai menyaingi Apple di pangsa pasar ponsel pintar global.
Bukan itu saja. Investasi Xiaomi untuk menciptakan chipset dan perangkat keras teknologi lain secara mandiri diawali dengan afiliasi yang dikenal sebagai Kemitraan Dana Industri Xiaomi Changjiang Hubei.
Kemitraan yang melibatkan anak perusahaan pembuat peralatan Gree dan cabang investasi yang didukung Pemerintah Kota Wuhan sebagai salah satu pemegang saham utama tersebut didirikan pada 2017 dengan modal terdaftar 12 miliar renminbi (Rp26 triliun), tetapi sebagian besar tidak aktif pada beberapa tahun pertamanya.
Ambisi Xiaomi menciptakan chipset sendiri yang dimulai sejak 2014 itu mulai membuahkan hasil. Pada Selasa, 30 Maret lalu, Xiaomi meluncurkan prosesor gambar yang dirancang sendiri, Surge C1, untuk digunakan pada smartphone lipat pertama serta jajaran perangkat baru lainnya.
“Tujuh tahun lamanya kami berinvestasi dalam chipset. Ini memang baru langkah kecil tapi menandai tonggak sejarah bagi kemampuan kami. Ambisi kami (menciptakan chipset sendiri) masih panjang dan penuh tantangan. Tapi kami punya tekad dan kesabaran untuk mewujudkannya," kata CEO Xiaomi, Lei Jun.
Xiaomi juga berinvestasi di Cvitek, pengembang chipset berbasis kecerdasan buatan (AI) yang fokus pada pemantauan video dan teknologi komputasi edge, dan Xi'an Intelligence Silicon Technology, yang mengembangkan chipset array gerbang yang dapat diprogram di lapangan atau FPGA.
Asal tahu saja, teknologi untuk jenis chipset yang dapat diprogram tersebut saat ini didominasi oleh perusahaan AS, termasuk Intel dan Xilinx. Xiaomi juga secara singkat mengambil alih Apple pada kuartal ketiga, dan mendongkel Huawei dari posisi tiga besar pangsa pasar ponsel pintar global di kuartal keempat tahun lalu.
Pengiriman ponsel pintar secara global pada 2020 mencapai 146,4 juta unit atau naik 17,5 persen dari 2019, menurut perusahaan riset Canalys, meskipun secara keseluruhan pasar smartphone global mengalami penurunan.