Raksasa Teknologi China Pilih Malaysia Luncurkan Ponsel Gaming
- TechGenyz
VIVA – Raksasa teknologi China, Realme, pilih Malaysia meluncurkan ponsel gaming harga terjangkau. Namanya Realme C21. Ponsel ini didukung oleh prosesor Helio G35 SoC dan menjalankan Realme UI berbasis Android 10.
Perangkat pintar ini memiliki RAM 3GB dan ROM 32GB serta dilengkapi dengan slot khusus untuk kartu microSD yang akan memperpanjang penyimpanan hingga 256GB, seperti dilansir dari laman GSM Arena, Selasa, 9 Maret 2021.
Baca: Realme Narzo 30A Punya Peran Ganda
Realme C21 memiliki layar HD Plus 6,5 inchi yang dilengkapi notch untuk kamera selfie 5MP. Panel belakang memamerkan Geometric Art Design yang anti sidik jari, juga rumah bagi pengaturan tiga kamera yang terdiri dari lensa primer 13MP, makro 2MP, dan monokrom 2MP.
Ponsel kelas pemula atau entry-level tersebut hadir dalam varian warna Cross Blue dan Cross Black, juga mengemas baterai 5.000mAh yang diisi melalui port microUSB dan mendukung reverse charging. Harga Realme C21 untuk Malaysia senilai RM499 atau Rp1,7 juta.
Tak cuma Malaysia, Realme juga baru saja memboyong Narzo 30A ke Indonesia, yang merupakan ponsel gaming kelas menengah yang mengemas prosesor MediaTek Helio G85 yang dibanderol di bawah Rp2 juta.
Perangkat tersebut dibekali layar IPS LCD 6,5 inchi resolusi 720 x 1600p, RAM 4GB dan ROM 64GB, dual-camera dengan resolusi utama 13 MP bukaan f/2.2 dan lensa 2MP f/2.4, serta kamera depan yang mendukung camera high-definition 8MP. Realme Narzo 30A punya daya baterai 6000mAh dan mendukung 18W Quick Charge dengan kabel USB Type-C.
Dengan kapasitas baterainya yang besar Realme Narzo 30A bisa digunakan sebagai powerbank di saat darurat serta mampu digunakan selama 114 jam untuk mendengarkan lagu, 52 jam untuk menelepon, 27 jam menonton YouTube, dan 10 jam bermain game online secara intens.
China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan tindakan AS yang kembali mengajukan veto atas rancangan resolusi DK PBB atas Gaza kembali menunjukkan standar ganda AS.
