Jaringan 4G Belum Optimal, Jangan Sampai 5G Timbulkan Masalah Sosial
- Gizmologi.com
VIVA – Anggota Komisi I DPR Muhammad Farhan, menilai lelang jaringan 5G yang beberapa waktu lalu dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) hanya untuk kepentingan industri. Ia lalu melihat soal keberadaan jaringan 4G, di mana untuk investasinya belum mengalami break even point serta penyebarannya belum optimal.
"Mau bikin apa? Artinya buruh akan kehilangan pekerjaan. Karena, kalau bicara jaringan 5G maka akan berpengaruh ke masalah sosial yang jauh lebih besar," kata dia, dalam diskusi online 'Musim Merger dan Akuisisi Operator Telekomunikasi', Rabu, 3 Februari 2021.
Baca: Merger Indosat dan Tri Indonesia Harus Hati-hati
Meski begitu, Farhan mengaku jika tidak masalah dengan kehadiran jaringan generasi kelima tersebut. Akan tetapi, harus ada yang bisa memberikan edukasi secara menyeluruh kepada masyarakat, karena telekomunikasi seluler digunakan oleh semua orang.
"Kalau untuk (jaringan) 5G secara teknologi memang mengagumkan. Tapi, kan, yang (jaringan) 4G belum optimal. Boleh fine-fine saja. Harus ada yang memberikan edukasi untuk meyakinkan untuk kita semua (mengenai pentingnya jaringan 5G)," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama Tri Indonesia, Danny Buldansyah, mengatakan jika jaringan 5G, 4G, 3G, dan 2G adalah jargon teknologi. Namun, yang terpenting adalah layanan tersebut bisa dinikmati masyarakat.
Ia ambil contoh adaptasi jaringan 3G ke 4G lebih cepat ketimbang 2G ke 3G, karena adanya peningkatan layanan yang luar biasa. "Dari sisi pelaku karena efisiensi spektrum lebih baik, sehingga jumlah spektrum kecil akan mampu mengirim gigabyte (GB) yang lebih tinggi. Pabrik juga jadi lebih efisien karena bekerja menggunakan 4G," tutur Danny.
Kendati demikian, ia mengaku jaringan 5G pasti diperlukan, baik untuk industri maupun masyarakat. Barangkali juga harganya akan lebih ekonomis seperti perbandingan harga paket kuota internet 3G dan 4G.
Bukan itu saja. Danny juga menyinggung merger perusahaannya dengan Indosat Ooredoo. Menurutnya, batalnya Tri Indonesia sebagai pemenang lelang jaringan 5G tidak akan mempengaruhi aksi korporasi tersebut.
"Pemenang lelang yang terdampak akibat pembatalan lelang itu karena penyediaan layanan yang berkualitas tergantung pada spektrum yang dilelang beberapa waktu lalu. Jadi berpotensi menyebabkan penyedia layanan tersebut terganggu," jelas Danny.