Aplikasi China Kembali Bikin Ulah

Kantor Baidu di China.
Sumber :
  • trendsupdates.com

VIVA – Dua aplikasi dari raksasa teknologi China, Baidu, telah resmi dihapus Google Play Store pada akhir Oktober lalu. Penyebabnya adalah Baidu Maps dan Baidu Search memiliki kode yang berfungsi untuk mengumpulkan informasi pengguna seperti data pribadi.

Trump Masukan Lagi Kuba sebagai "Sponsor Terorisme", China Sebut AS Hegemonik dan Penindas

Dikutip dari situs ZDNet, Kamis, 26 November 2020, Menurut Palo Alto Networks, kode pengumpulan data ditemukan di Baidu Push SDK, digunakan untuk menampilkan waktu penggunaan aplikasi.

Baca: India Belum Maafkan China

China Umumkan Junta Myanmar dan Pemberontak Sepakat Gencatan Senjata

Informasi yang dikumpulkan mencakup model telepon, alamat MAC, informasi operator dan nomor IMSI (International Mobile Subscriber Identity), menurut Stefan Achleitner dan Chengcheng Xu, keduanya adalah peneliti Palo Alto.

Mereka mengatakan informasi yang dikumpulkan tidak terlalu berbahaya. Kode IMSI misalnya, dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak pengguna secara unik, bahkan jika pengguna menggunakan perangkat berbeda.

Senat AS Setujui Kabinet Donald Trump, Posisi Menlu Dijabat Marco Rubio

"Pengumpulan data pribadi tidak secara khusus dilarang di Kebijakan Google. Tapi setelah masalah itu dilaporkan, tim keamanan mengkonfirmasi pelanggaran dan menghapus aplikasi dari toko Android pada 28 Oktober," kata peneliti Palo Alto Networks.

Sementara itu, juru bicara Baidu mengaku jika laporan mengumpulkan informasi seperti data pribadi pengguna membuat mereka diselidiki tim Google.

Namun, perilaku ini tidak bisa menjadi alasan dihapusnya aplikasi dari toko online Google, karena Baidu telah memperoleh izin dari pengguna.

Kini, aplikasi Baidu Search Box telah dipulihkan ke Play Store, sedangkan Baidu Maps masih dalam tahap perbaikan. Sebelum dihapus kedua platform memiliki total 6 juta unduhan.

Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping

Hubungan Makin 'Lengket' Trump Hanya Berlakukan Tarif Pajak 10 Persen untuk China

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Selasa, 21 Januari 2025, mengatakan bahwa timnya sedang membahas penerapan tarif pajak sebesar 10 persen terhadap China.

img_title
VIVA.co.id
22 Januari 2025