Penerapan Gamifikasi di Indonesia Banyak Kendala
- Dok. Istimewa
VIVA – Pembelajaran jarak jauh (PJJ) kini bukan lagi hal asing di telinga kita. Tahun ini tren tersebut bahkan merebak ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kehadiran PJJ akibat pandemi COVID-19.
Wabah ini memang telah menggeser hampir seluruh aktivitas sosial masyarakat. Tidak hanya anak sekolah yang harus belajar dari rumah, para pekerja pun dituntut untuk tetap produktif menyelesaikan tugas-tugas kantornya selama work from home (WFH).
Baca: Murid Kini Tidak Lepas dari Pantauan Guru
Namun, belajar online ternyata bukan tanpa kendala. Selain sulitnya koordinasi, akses internet yang kurang memadai juga membuat proses pembelajaran jadi terasa makin sulit. Masalah bertambah ketika guru hanya mengandalkan media belajar iLearning yang itu-itu saja. Akibatnya, murid lama-lama merasa bosan.
Beruntung sekarang sudah banyak teknologi berbasis gamifikasi atau game based learning sehingga kegiatan PJJ bisa lebih maksimal. Gamifikasi artinya penerapan prinsip-prinsip dan elemen struktural game (permainan) terhadap berbagai aktivitas.
Dalam konteks pendidikan, game bisa menjadi wadah yang menarik bagi para murid untuk belajar banyak hal dengan cara yang menyenangkan. Tidak sedikit game yang mempromosikan cara berkomunikasi, koordinasi, atau bahkan persaingan antarpemain.
Sebagian lainnya bahkan mengandung narasi berkualitas yang secara tidak langsung akan mengasah daya kreativitas dan imajinasi pemainnya, yaitu murid.
Pendekatan belajar dengan menyelipkan unsur permainan seperti problem solving, mendongeng (story telling), kompetisi, reward and punishment, dan sebagainya terbukti telah meningkatkan minat belajar murid selama proses PJJ. Berkat gamifikasi, guru pun bisa lebih maksimal dalam menyampaikan materi dan mencapai tujuan belajar.
Lalu, bagaimana dengan gamifikasi di Indonesia? Penerapannya masih menemui banyak kendala. Selain akses internet yang belum merata, sumber daya manusia (SDM) dengan kualifikasi di bidang ini juga terbilang masih sangat terbatas.
Padahal, SDM yang berkualitas adalah kunci sukses terwujudnya gamifikasi di segala bidang, tak terkecuali pendidikan. Untuk itulah, Binus University menghadirkan program studi bernama Game Application and Technology.
Menurut Dekan School of Computer Science Binus University, Fredy Purnomo, jurusannya memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menguasai pengetahuan dan keahlian solid, salah satunya seputar gamifikasi, yang kelak akan sangat dibutuhkan di dunia industri.
"Jurusan Game Application and Technology tidak hanya fokus pada disiplin ilmu yang berkaitan dengan gaming. Mahasiswa juga akan dibekali dengan kemampuan berkomunikasi efektif, berpikir kritis dan mampu memecah permasalahan, sehingga mereka dapat bersaing di level nasional maupun global," ungkapnya, Rabu, 18 November 2020.