Beda Nasib TikTok di Amerika dan Indonesia

Aplikasi TikTok, salah satu anak usaha Bytedance Technology.
Sumber :
  • Yicai Global

VIVA – TikTok mengalami nasib yang berbeda di Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Aplikasi video pendek asal China itu akan diblokir oleh Pemerintahan Presiden Donald Trump mulai Minggu, 20 September 2020. Dengan begitu, anak usaha dari ByteDance Technology itu tidak bisa diunduh dan diakses oleh warga Paman Sam.

China: Veto AS atas Rancangan Resolusi DK PBB untuk Gaza Tunjukkan Standar Ganda

Namun, pemblokiran itu tak berlaku sepenuhnya bagi warga AS yang sudah menggunakan TikTok sebelumnya sampai 12 November mendatang. Kebijakan tersebut diterapkan karena kekhawatiran AS akan ancaman keamanan nasional.

Baca: Musuh Bebuyutan Microsoft Berhasil Beli TikTok

Badan Perdagangan dan Pembangunan AS Bangun Pusat Komando di IKN Nusantara, Ini Tujuannya

Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross mengingatkan, ByteDance Technology masih memiliki waktu untuk membuat keputusan mengenai kesepakatan kerja sama operasional TikTok dengan perusahaan teknologi negaranya.

"TikTok akan tetap ada hingga tanggal 12 November," kata dia, seperti yang dikutip VIVA Tekno dari situs New York Times, Sabtu, 19 September 2020. Namun sejauh ini, ByteDance Technology telah melakukan pembicaraan dengan Oracle dan perusahaan teknologi lainnya untuk mendirikan perusahaan baru bernama TikTok Global.

Gara Gara Sebotol Viral, Shinta Arsinta dan Mala Agatha Dapat Rezeki dari Megah Music

Tujuannya yang tidak lain adalah untuk menuntaskan kekhawatiran AS atas keamanan data pribadi penggunanya. Tidak hanya TikTok, WeChat, aplikasi pesan instan pesaing WhatsApp juga kena blokir pada Minggu besok.

Lain halnya dengan di Indonesia. TikTok meluncurkan kampanye #SamaSamaDariTikTok sebagai bentuk penghargaan kepada para pembuat konten (content creator), pelaku industri, dan penikmat TikTok yang selama ini menjadikan mereka tidak hanya wadah kreativitas tetapi juga memberikan dampak pada tren.

"Tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kreativitas pengguna TikTok tidak hanya untuk menghibur tetapi juga memberikan rasa saling terhubung, dan saling menyemangati dalam melalui masa pandemi COVID-19," ungkap Head of User and Content Operations TikTok Indonesia, Angga Anugrah Putra.

Kampanye #SamaSamadariTikTok merupakan sebuah kampanye untuk merayakan tren yang berawal dari TikTok. Mulai dari kesuksesan para kreator TikTok yang karyanya sudah dikenal banyak orang melalui konten mereka di TikTok, tren tagar atau hashtag challenge yang menginspirasi hingga musik dari Indonesia yang semakin dikenal di dunia.

"Dengan semakin eratnya dunia digital dalam kehidupan kita, fitur musik di aplikasi TikTok bisa menjadi medium baru bagi para musisi lintas generasi dalam negeri untuk mempromosikan lagu. TikTok juga bisa menjadi medium baru untuk strategi promo efektif bagi musisi saat pandemi," tutur Angga.

Sejumlah rangkaian tantangan tagar musik hingga pembuat konten yang sama-sama dari TikTok dan berhasil memberikan pengaruh besar dalam ciptakan tren di antaranya Fitur Duet yang dimanfaatkan oleh penyanyi Yura Yunita.

Lalu, ada Fitur #balaskomentar pun juga menjadi salah satu yang paling sering digunakan untuk saling terhubung dengan pengguna lainnya secara langsung, video klip "Lathi" dari Weird Genius ternyata menginspirasi para kreator untuk merekonstruksi adegan transisi di video tersebut menjadi versi mereka sendiri.

"Pada akhirnya membuat lagu ini menjadi salah satu yang paling populer di TikTok," papar Marketing Manager TikTok Indonesia, Fandhy Thesia. Lagu "Bagaikan Langit" dari Potret, lanjut dia, juga kembali terkenal setelah ramai dipadukan dengan fitur Focus on Me, dan menjadi tren di kalangan kreator luar negeri, termasuk Howie Mandel dan akun resmi NBA.

"Para pembuat konten hingga musisi berangkat dari platform yang sama, yaitu TikTok, dan berhasil mengubah kehidupan mereka dan orang-orang sekitar mereka melalui kreativitas serta bakat yang mereka miliki," jelas Fandhy.

Ilustrasi bendera Indonesia.

Indonesia di Atas AS dan Rusia dalam Hal Ini

Indonesia berada di peringkat ketiga untuk adopsi kripto di dunia, naik empat tingkat dari tahun lalu yang berada di peringkat ketujuh. Melampaui AS dan Rusia.

img_title
VIVA.co.id
23 November 2024