Rahasia Kelam di Balik Fast Charging Smartphone

Charger ponsel di tempat umum.
Sumber :
  • vstory

VIVA – Belakangan ini beberapa produsen smartphone gencar mengenalkan teknologi baru dalam hal pengisian baterai. Mereka menamakan teknologi tersebut fast charging, yakni sistem pengisian lebih cepat dari yang ada selama ini.

Mengenal IMEI dan Peran Pentingnya dalam Mengatur Pasar Gadget Indonesia

Teknologi ini memungkinkan pengguna smartphone untuk mengisi daya baterai dari nol hingga 50 persen dalam waktu singkat, ada yang hanya beberapa menit saja. Untuk bisa melakukan itu, dibutuhkan charger khusus yang mampu mengalirkan arus listrik lebih banyak.

Dengan semakin tingginya penggunaan smartphone sehari-hari, membuat konsumen membutuhkan ponsel yang mampu bertahan lebih dari 24 jam dalam satu kali cas. Apalagi, saat ini banyak fitur yang membutuhkan kinerja prosesor tinggi dan berbagai sensor aktif seharian.

Hadirkan Inovasi Teknologi Terkini, Ratusan Perusahaan Hadir di Jade 2024

Dilansir dari Gizmodo, Sabtu 1 Agustus 2020, daya pengisian ulang baterai smartphone saat ini sudah mencapai lebih dari 100 Watt. Contohnya, seperti yang diperkenalkan oleh OnePlus dan Oppo belum lama ini.

Qualcomm juga baru saja mengenalkan standar pengisian cepat, yang dinamakan Quick Charge 5. Sehingga di masa mendatang, pengisian baterai pada ponsel bisa mencapai 100 persen dalam waktu kurang dari 15 menit.

Integrasi Teknologi dan Pendidikan untuk Mendongkrak Kualitas SDM

"Solusi pengisian daya tercepat dan fleksibel milik kami akan memungkinkan konsumen bisa memiliki perangkat yang baterainya tahan lama tanpa khawatir berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk isi ulang," ujar VP of Product Management Qualcomm, Ev Roach.

Namun, sayangnya hingga saat ini belum ada perkembangan yang berarti dari teknologi baterainya sendiri. Para produsen masih memakai bahan lithium ion dan lithium polymer sebagai bahan baku pembuatan alat penyimpan daya listrik.

Dua material tersebut memiliki batas dalam hal seberapa cepat bisa diisi. Jika dipaksa dengan arus yang lebih besar, maka risikonya bukan hanya panas berlebih yang muncul, namun juga daya tahan baterai itu sendiri.

Jadi, meski daya baterai diperbesar hingga 6.000 mAh agar bisa digunakan seharian, namun apabila sering diisi dengan teknologi fast charging maka usia baterainya akan menurun lebih cepat dari pengecasan biasa yang membutuhkan waktu lebih lama.

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 87 kWp di Desa Menamang Kanan

Capai Target Swasembada Energi, Pemerintah Dorong Kolaborasi Swasta Kembangkan Listrik Bersih di Pedesaan

Untuk mencapai target transisi energi tidak bisa hanya mengandalkan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Dae

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024