Intip Lampu Tenaga Surya Hemat Energi untuk Area 3T
- VIVA/Novina Putri Bestari
VIVA – Program pemerintah Lampu Tenaga Surya Hemat Energi atau LTSHE sudah berjalan sejak 2017. Program ini menyasar masyarakat yang kesulitan penerangan khususnya di wilayah Terpencil, Tertinggal dan Terluar atau 3T.
Pada 2017, program ini menyasar lima provinsi yaitu Maluku, Nusa Tenggara Barat, Riau, Papua dan Papua Barat. Jumlah unit yang tersebar sekitar 79 ribu lampu untuk 1208 desa. Sedangkan tahun ini rencananya akan memasang 175 ribu unit lampu untuk 16 provinsi.
"Semua program ini untuk listrik seperti ini sebagai sementara sebelum PLN masuk," kata Staf Ahli Menteri ESDM Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam, Dadan Kusdiana, di Desa Patawang, kecamatan Umalulu, Sumba Timur, Rabu 21 November 2018.
Dia menyatakan, energi yang digunakan haruslah membawa kesejahteraan bagi warga. Jangan sampai sudah dapat penerangan namun malah menerangi kesengsaraan.
Sekitar 10 tahun lalu, program untuk penerangan juga telah digunakan. Solar Home System (SHS) menggunakan 50 watt peak untuk satu rumah, namun sekarang 1 lampu hanya butuh 3 watt yang diklaim terangnya seperti 25 watt.
"Dipakainya lebih gampang. Kalau dulu lampu neon, lampu pijar. Ada dudukan lampu segala macam. Kalau ini tinggal pasang. Ini 15-20 menit selesai di pasang." kata dia.
LTHSE ini menghubungkan panel surya dengan lampu melalui hub. Tidak perlu untuk menggunakan dudukan lampu atau memaku kabel ke dinding. Akan ada garansi tiga tahun bagi penggunaan lampu tersebut.
Dia memaparkan, SHS membutuhkan biaya yang lebih mahal Rp8-9 juta per rumah. Sedangkan untuk LTHSE hanya berkisar Rp3 juta, harga tersebut bisa berbeda karena kesulitan pengiriman logistik ke daerah-daerah yang dituju.
"Dalam tiga tahun ini harus terjadi peningkatan di masyarakat. Sekarang sudah tahun handphone, sudah tahu nyala. Masak sih enggak tahu nonton TV. Dari situ kita dalam tiga tahun akan mencari terobosan yang lain, selain memperpanjang jaringan PLN," ujarnya.