Mahasiswa Binus Bikin Alat Agar Tunanetra Bisa 'Melihat'
- Dok. VIVA
VIVA – Bagi para penyandang tunanetra, untuk melakukan aktivitas berjalan umumnya dibantu oleh kerabat atau orang lain dengan cara dituntun. Namun, ada pula tunanetra yang melakukannya secara mandiri dengan mengandalkan tongkat.
Meski cukup membantu, tongkat sebenarnya memiliki banyak kelemahan ketika digunakan oleh tunanetra. Misalnya, pengguna rawan tertabrak karena tidak ada sensor deteksi terhadap benda-benda yang ada di hadapan atau sekitarnya.
Namun kini, ada inovasi yang diciptakan dua mahasiswa Bina Nusantara, Jakarta, yang dinamai SonarVision. Alat ini membantu tunanetra mendeteksi benda-benda di hadapannya yang menjadi penghalang saat berjalan.
Dua mahasiswa itu adalah Raditya dan Nicholas. Mereka mencoba melakukan penelitian sejak semester empat.
"Ya, kita mencoba bagaimana bisa membantu para penyandang tunanetra ini agar tidak menabrak sesuatu yang ada di depannya yang tidak terjangkau oleh tongkat. Jadi alat ini untuk menjadi pelengkap tongkat," kata Nicholas ditemui VIVA dalam Pameran I3E yang digagas oleh Kemenristek Dikti di Jogja City Mall, Jumat 26 Oktober 2018.
Webtorial
Mahasiswa jurusan Teknik Komputer ini mengatakan, dalam alat SonarVision ini terdapat perangkat berupa ultra sensor yang nantinya dapat mendeteksi benda yang ada di depan seorang tunanetra. Ketika terdeteksi oleh ultrasonic sensor, maka alat akan mengirimkan sinyal dalam bentuk getaran.
"Semakin dekat benda yang di depan sensor, getaran pada alat SonarVision semakin kencang," ucapnya.
SonarVision ini dipakai di pergelangan tangan dan di perut. "Nanti tangan akan bergetar, perut juga bergetar jika ada benda di depan. Semakin dekat bendanya getaran akan semakin kencang," tuturnya.
Raditya mengatakan SonarVision sudah pernah diujicobakan kepada penyandang tunanetra, dan sambutan mereka sangat antusias. Namun sayangnya alat tersebut belum bisa mendeteksi lubang.
"Hingga saat ini alat sudah dipesan 40 unit dan satu unit berisi dua alat SonarVision yang dipasang di tangan dan perut,"ucapnya.
Ditanya soal harga, Raditya mengaku masih cukup terjangkau dari kisaran Rp600 ribu hingga Rp700 ribu saja.
"Kita masih berusaha untuk mencari investor yang ingin membiayai pembuatan produk secara massal dan menyempurnakan SonarVision,"katanya.?