Radio Amatir, Solusi Telekomunikasi Murah saat Gempa
- Instagram/@prassbudi
VIVA – Layanan komunikasi di daerah terdampak Gempa Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah masih belum pulih sepenuhnya. Beberapa warga masih belum tersambung dan terhubung dengan anggota keluarga atau sahabat mereka, sebab jaringan telekomunikasi terganggu dan lumpuh.
Untuk komunikasi setelah gempa, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengirimkan 130-an telepon satelit bagi komunikasi di daerah terdampak gempa tersebut.
Namun telepon satelit ini tergolong mahal dan tidak banyak dipakai perorangan. Bayangkan saja biaya perangkat telepon satelit saja harganya mulai paling murah Rp7 jutaan sampai hampir Rp30 jutaan.
Jangan khawatir, sebab ada telekomunikasi alternatif selain telepon satelit. Pakar teknologi informasi Onno W Purbo mengatakan, telekomunikasi radio amatir merupakan solusi yang lebih murah untuk keadaan bencana seperti saat ini. Sebab harga perangkatnya cuma Rp500 ribu sampai Rp1 juta dan bisa dirakit sendiri oleh pengguna radio amatir.
Biro Kerja sama Antarlembaga Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) Adam Sudhiarto menjelaskan, sejak gempa terjadi di Palu dan Donggala, jaringan pengguna radio amatir diandalkan dan sejauh ini komunikasi berjalan lancar.
"Sejauh ini lancar-lancar saja komunikasinya," ujar Adam yang memiliki callsign YC0DOG kepada VIVA, Senin 1 Oktober 2018.
Dia mengatakan, radio amatir memiliki peran penting dalam komunikasi bangsa. Radio amatir menjadi cadangan nasional dalam bidang komunikasi. Untuk itu, Adam menegaskan, teman-teman dalam jaringan radio amatir akan selalu hadir di tengah bencana.
"Kita diminta dan tidak diminta, kalau ada bencana, maka kita ada. Dianggap atau tidak dianggap, kita ada di tengah bencana karena kita menyadari kalau bicara bencana yang akibatkan terputusnya jaringan komunikasi, kita akan diperlukan," tuturnya.
Adam mengatakan, untuk mengetahui kondisi di lokasi terdampak bencana di Palu dan Donggala, pengguna radio amatir menggunakan semua band pada frekuensi bencana yakni 7065 KHz sama 7110 KHz yang memang dikhususkan untuk komunikasi darurat atau saat bencana terjadi dan jaringan komunikasi telepon terputus.
Komunikasi dengan radio amatir dalam kondisi darurat bencana di Palu dan Donggala saat ini memang cukup solutif. Komunikasi melalui radio ini tak terkendala jangkauan jarak, sebab sepanjang pesawat atau perangkat teleponnya pendukungnya ada, maka bisa berkomunikasi langsung.
Selain itu, kata dia, menelepon dengan radio amatir juga punya benefit langsung terhubung, tidak perlu di-relay ke satelit dahulu baru dihubungkan dengan kontak tujuan, ataupun komunikasinya mengalami delay untuk sampai pengguna.
"Itu langsung, dengan all band itu langsung bisa komunikasi dengan band itu," tuturnya.
Dalam hal jaringan listrik mati, komunikasi melalui radio amatir juga tak akan lumpuh. Sebab bisa menggunakan energi aki.
Komunikasi radio amatir juga didukung dengan komunikasi satelit LAPAN A2 atau LAPAN-ORARI. Untuk komunikasi melalui satelit tersebut, tak perlu menunggu aktivasi. Sepanjang satelit tersebut mengangkasa di langit Indonesia, maka pengguna radio amatir tetap bisa menjalin komunikasi secara langsung. Dalam komunikasi ini, pesawat radio amatir yang kecil pun, kata Adam, bisa terhubung, namun memang ada keterbatasan.
"Kalau pas di atas NKRI itu kurang lebih tenggang 6-10 menit, perangkat apa pun (radio amatir) terbuka, asal frekuensinya sama," jelasnya.
Komunikasi radio amatir melalui satelit LAPAN A2 bisa langsung berjalan otomatis, sebab pengguna radio amatir selama ini sudah terbiasa berkomunikasi lewat jalur satelit. Memang saat komunikasi dengan satelit tersebut, panggilan yang masuk akan diverifikasi, apakah panggilan yang masuk dari anggota radio amatir atau bukan.
Adam menuturkan, kendala komunikasi radio amatir saat ini adalah komunikasi ini terbatas pada kalangan tertentu yakni anggota radio amatir saja. Jadi warga kebanyakan tak bisa menggunakan komunikasi radio amatir sebab hanya anggota yang memiliki callsign. Sebab tanpa callsign, maka panggilan tak akan diterima.
Selain itu dalam konteks Gempa Palu dan Donggala, ORARI mengatakan masih menemukan masalah komunikasi di daerah Donggala.
"Sampai tadi malam komunikasi teman-teman di lapangan ada kendala di Donggala, sepertinya minim bahkan tak ada anggota ORARI di Donggala. Ini lagi diupayakan ORARI Sulawesi Tengah kirimkan personelnya ke Donggala,” ujarnya.