Pakai Aplikasi A-19, Caleg Dijamin Tak Ditipu Relawan
- Dokumen aplikasi A-19
VIVA – Musim kampanye telah dimulai. Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden serta calon anggota legislatif mulai bergerak untuk menggaet dukungan dari pemilih.Â
Bagi caleg, untuk meraih dukungan bukanlah hal yang mudah. Selain perlu biaya operasional untuk memobilisasi dukungan, kualitas relawan yang dimiliki juga menentukan populer atau tidaknya seorang caleg.Â
Problem yang sering dihadapi caleg dalam menggaet dukungan pemilih adalah dari sisi relawan. Kerap kali caleg ditipu oleh relawan mereka sendiri. Duit operasional dicairkan ke relawan tapi kinerja mereka tak jelas.
Bahkan ironisnya, ada oknum relawan yang manipulasi data di lapangan, akibatnya caleg dirugikan. Namun kini, problem tersebut bisa teratasi dengan hadirnya aplikasi khusus caleg yang namanya A-19.Â
Aplikasi ini dibuat oleh Muhammad Tri Andika yang merupakan konsultan politik sekaligus Direktur Executive Institute for Policy Studies.Â
Aplikasi manajemen kampanye caleg ini berisi sejumlah fitur yang memungkinkan caleg memantau kinerja relawan, mobilisasi dukungan secara real time sampai manajemen kampanye dengan beragam fitur yang tersedia.Â
Fitur yang tersedia yakni News Feed, Home, Profil Caleg, Event Bos, Monitoring Relawan, Laporan Aktivitas, Laporkan, Quick Count, Instruksi, Pendataan Warga, Pengajuan Kegiatan, Survey dan lainnya.Â
Beberapa fitur untuk memantau relawan yakni Newsfeed yang mana seorang caleg bisa memantau aktivitas relawan secara real time; fitur Home, seorang caleg bisa melihat data survei dan akumulasi warga terdata; fitur Monitoring Relawan, tinggal klik maka caleg bisa melihat seluruh kinerja relawan; fitur Intruksi, yang mana seorang caleg bisa memberikan instruksi kepada relawan.Â
"Pengalaman saya, caleg punya tim relawan tapi kinerja tak terukur dan tak rapi, enggak jelas ukuran kinerjanya. Misalnya relawan pergi sosialisasi ke warga, tapi siapa yang ditemui, kontak personnya siapa tak jelas. Padahal itu kan caleg keluarkan cost, tapi data itu tak rapi serta tak terintegrasi," jelas Andika kepada VIVA, Rabu 26 September 2018.Â
Caleg bisa memantau relawan secara real time karena sistem aplikasi mengharuskan relawan untuk melaporkan posisi alias check-in pada tiap lokasi kerja mereka.Â
Kinerja relawan juga diukur dengan berapa data calon pemilih yang dikumpulkan dan sosialisasi caleg. Data pemilih yang dikumpulkan meliputi NIK, nomor handphone, foto calon pemilih. Data ini dapat dipakai untuk mengingatkan untuk memilih caleg menjelang hari H pencoblosan melalui SMS.Â
Andika menekankan, dalam pengumpulan data pemilih ini relawan punya standar etika. Sepanjang pemilih tak mengizinkan datanya dikumpulkan maka relawan tak boleh memaksa. Pengumpulan data NIK, menurutnya, punya fungsi pengecekan, apakah pemilih yang bersangkutan sudah tercatat di Daftar Pemilih Tetap (DPT) atau belum. Â
"Artinya data yang dikumpulkan adalah seizin pemilih," ujarnya.Â
Selain memantau kinerja relawan supaya terukur, aplikasi buatan Andika ini juga menyediakan kebutuhan pengukuran seberapa potensi seorang caleg bakal dipilih pemilih. Fitur untuk mengukurnya yakni Survey.Â
Pada fitur ini, caleg bisa menyurvei pemilih untuk mendapatkan gambaran seberapa peluang dipilih oleh pemilih. Menurut Andika, fitur ini sangat penting bagi caleg. Survei di aplikasi ini bersifat quick survey dengan tiga pertanyaan inti dari sebuah survei politik, yakni seberapa populer caleg, seberapa disukai caleg tersebut dan seberapa tingkat keterpilihan atau elektabilitas caleg.
Fitur ini merupakan paket hemat dibanding seorang caleg menyewa lembaga survei konvensional untuk mengukur tingkat elektabilitasnya.
"Kalau sewa lembaga survei itu mahal banget dan harus beberapa kali survei. Aplikasi ini tiap caleg bisa lakukan survei dengan pakai tenaga relawan di lapangan," ujar dosen politik Universitas Bakrie tersebut.Â
Untuk teknis pengisian survei caleg tersebut, Andika mengatakan, timnya akan melatih koordinator relawan caleg. Pelatihannya berupa metodologi sampai kalkulator data sampling responden. Dia mengatakan, konsep pada fitur Survey pada aplikasi ini merupakan paket hemat dari survei politik pada umumnya.
"Jadi metodologinya nanti kami latih ke koordinator pusat caleg, dari situ tinggal diterapkan saja ke relawan," jelasnya.Â
Melengkapi fitur Survey, aplikasi ini punya fitur Quick Count. Jadi caleg tak perlu begitu cemas untuk melihat gambaran berapa perolehan suaranya pada hari pencoblosan. Dengan fitur Quick Count ini, perolehan suara caleg bisa dilaporkan oleh relawan melalui smartphone secara real time, dan caleg bisa memantau hasil perolehan quick count secara real time melalui smartphone juga.
Fitur lain yang penting yakni Laporkan. Dengan fitur ini, relawan caleg bisa melaporkan temuan penting di lapangan dan caleg bisa langsung melihat dan menentukan langkah.Â
Caleg juga bisa mengulas pengajuan kegiatan yang dilakukan secara terukur melalui fitur Pengajuan Kegiatan. Caleg bisa menyetujui atau menolak usulan relawan.
Aplikasi untuk manajemen kampenye caleg ini tidak tersedia di pusat aplikasi mobile. Namun Andika menegaskan, aplikasi yang bersifat sebagai Platform as a Service (PaaS) ini bisa dipasang di perangkat Android dan desktop.Â
Bagi caleg yang berminat menggunakan layanan aplikasi ini, Andika mematok harga paket Rp195 juta untuk seluruh fitur yang tersedia. Paket ini disediakan untuk program kampanye caleg dari Oktober 2018 sampai April 2019. Biaya tersebut. kata Andika, sudah termasuk biaya server dan tim IT serta biaya bulanan.Â
Namun, harga paket bisa digoyang alias bisa dinegosiasi menyesuaikan dengan kebutuhan caleg.Â
"Harga bisa diturunkan misalnya caleg tertentu cuma butuh fitur-fitur tertentu saja, itu bisa diatur. Bisa konsultasi, harga sudah sepaket dengan pelatihan. Untuk pengembangan aplikasi juga sudah ada, semuanya sudah satu paket. Dimungkinkan fitur baru caleg bagi yang menginginkan," katanya.Â
Menariknya, aplikasi ini tak selesai begitu caleg terpilih pada Pileg. Andika mengatakan, aplikasi ini bisa dimanfaatkan untuk mengawal kinerja anggota dewan yang terpilih, misalnya saat aktivitas reses sampai sosialisasi program empat pilar.
Andika meyakini, caleg yang memakai aplikasi tidak rugi. Sebab menurut pengalamannya dengan manajemen kampanye yang terukur yang justru menghemat biaya yang dikeluarkan caleg.Â
"Sebab riset saya, 40 persen dana caleg keluar secara tak tepat. Insentif keluar tanpa ukuran yang jelas," tuturnya. (ase)