Kecerdasan Buatan Google Bisa Prediksi Gempa Susulan
- BMKG
VIVA – Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang sangat sulit diprediksi. Begitu terjadi dengan intensitas yang besar, kerugian materi dan korban nyawa kerap tak terelakkan.
Seperti yang dialami Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya. Sejak guncangan besar yang membuat porak-poranda awal Agustus lalu, hingga kini gempa susulan terus terjadi. Tak sedikit warga yang tengah berada di pengungsian menjadi trauma dan cemas.
Terlepas dari musibah yang terjadi di NTB, baru-baru ini para ilmuwan dari Harvard bersama Google membangun sistem yang dapat memprediksi gempa susulan. Mereka membuat suatu algoritma yang diklaim memiliki akurasi lebih besar.
Seperti diwartakan BGR, dalam proses menciptakan sistem tersebut, ilmuwan dan Google menghimpun banyak data untuk dimasukkan pada algoritma. Di antaranya, terdiri dari hampir 200 peristiwa gempa dan 130 ribu dikonfirmasi sebagai susulan yang mengikutinya.
Sistem itu dilatih untuk memprediksi lokasi episentrum gempa susulan terjadi. Ini sangat sulit karena ada faktor gempa susulan yang tak selalu mengikuti gempa utamanya.
Penggunaan teknologi AI (kecerdasan buatan) dalam sistem ini, membuat prediksi menjadi fleksibel untuk mencari lokasi gempa susulan hingga setahun setelah gempa awal.
"Kami menemukan bahwa setelah memberi model guncangan pada jaringan neural, jaringan neural kemudian memprediksi lokasi gempa susulan dengan tes data yang lebih akurat, dibanding jenis kegagalan perubahaan dasar Coulumb yang digunakan dalam studi dari gempa susulan sebelum ini," kata Peneliti dari Departemen Bumi dan Ilmu Pengetahuan Planet Harvard, Phoebe DeVries.
Menurut peneliti, teknologi AI (kecerdasan buatan) akan lebih mudah memprediksi lokasi gempa susulan daripada sistem yang telah ada sebelumnya. Dengan begitu, diharapkan mitigasi bencana akan lebih baik lagi.
Namun sayangnya sistem ini tidak bisa memprediksi gempa yang disebabkan oleh faktor eksternal. Seperti yang terjadi oleh aktivitas geologi atau gunung berapi. (mus)