Cara IPB Mengurangi Sampah Plastik di Laut
- Dok. IPB
VIVA – Pesisir barat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan, mendapat dampak sampah laut padat setiap musim barat (Desember-Maret). Sampah laut tersebut berasal dari sampah yang mengapung dan terbawa arus air laut.
Tanpa adanya pengelolaan, sebagian dari sampah laut itu terbawa kembali ke laut pada saat musim timur dan mengakibatkan dampak pada pulau-pulau lain. Sampah laut yang terdeposit di pesisir barat menimbulkan dampak secara sosial, ekonomi dan ekologi.
Untuk itu, sejumlah pakar dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian tentang analisis jenis dan bobot sampah laut pesisir barat Pulau Selayar.
Mereka adalah Roni Hermawan, Ario Damar dan Sigid Hariyadi. Ketiga ilmuwan ini meneliti jenis, bobot, kepadatan dan sebaran sampah laut. Begitu pula dengan dampak ekonomi, sosial dan ekosistem lingkungan, serta menyusun strategi pengelolaan sampah laut yang tepat.
Menurut Ario, berdasarkan hasil perhitungan rata-rata kepadatan sampah organik menurut berat adalah 4.978,3 g/m2, dan menurut jumlah potongan adalah 7,7 item/m2.
Sedangkan sampah anorganik kepadatannya adalah 14,3 item/m2 untuk jumlah potongan dan 564,8 g/m2 untuk berat sampah. Adapun pertambahan sampah sebesar 354,6 g/m/hari dan jumlah potongan 2,8 item/m/hari.
"Dampak sampah laut terhadap lamun dan biota yang dapat mengubah dan menyebabkan kerusakan habitat secara fisik," kata dia, dalam keterangannya, Kamis, 18 Januari 2018.
Ario melanjutkan, beberapa sampah laut yang terdeposit di pantai ditempeli oleh beberapa jenis coral yang dapat mempengaruhi keanekaragaman biota.
Dampak ekosistem mangrove adalah tertindihnya bibit mangrove dengan material sampah, biji mangrove terhalangi sampah dan gagal berkecambah. Sedangkan dampak sosial seperti estetika dan berkurangnya wisatawan.
Untuk itu, Ario bersama dua rekan sesama peneliti melakukan pendekatan 3R+P (recycle, reuse, recovery energy, and participant).
"Potensi sampah laut jika diolah dengan baik dapat menguntungkan secara ekonomi, melalui model usaha daur ulang diketahui sampah plastik dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp16,38 juta per bulan dari produksi 48 ton sampah plastik," ungkapnya.
Selain itu, Ario melanjutkan, daur ulang kayu menjadi briket arang Rp10,9 juta per 30 ton. Ia menambahkan, pengelolaan sampah laut dapat dilakukan dengan peningkatan kesadaran, pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola sampah. (ase)