Kesuksesan N-219, BPPT Jangan Dilupakan
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ikut andil dalam proses pembuatan pesawat anak negeri, N219. Di mana pesawat berkapasitas 19 orang itu sudah dinamai oleh Presiden Joko Widodo dengan nama Nurtanio.
Kepala BPPT, Unggul Priyanto menyebut, proses pembuatan kapal terbang tentunya harus melewati serangkaian pengujian. BPPT, kata Unggul diamanahkan sebagai lembaga yang dipercayai melakukan serangkaian pengujian pesawat yang dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) itu.
Dua pengujian penting yang dilakukan BPPT, yaitu uji prototipe dan uji konstruksi.
"Pesawat bisa terbang karena ada aerodinamika, yang diuji dengan prototipe, kita ada terowongan angin, bisa bikin simulasi. Dari hasilnya, keluar rekomendasi, apakah sayapnya tidak tepat, propeler, kecepatanya," ujar Unggul kepada VIVA, Rabu, 20 Desember 2017.
Sementara uji konstruksi, lanjut Unggul untuk mengetahui kekuatan pesawat dengan beberapa parameter. Misalnya, dicoba dengan tekanan dan waktu sekian lama, apakah bagian dari pesawat patah atau tidak.
Diketahui, Pembuat pesawat N219, PT DI dibiayai oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Sementara Lapan merencanakan dan membuat purwarupa N219.
Pesawat N219 merupakan pesawat angkut ringan yang memiliki kemampuan dapat beroperasi di daerah penerbangan perintis, daerah terpencil atau pedalaman yang bandaranya tak terlalu panjang.
N219 dinamai Nurtanio karena sosoknya yang berjasa di industri penerbangan Indonesia.
Sebagai informasi Nurtanio merupakan sosok perintis awal penerbangan Indonesia yang menginginkan bangsa Indonesia bisa membuat pesawat buatan sendiri. Pada masa awal kemerdekaan, Nurtanio bersama beberapa rekannya membuat pesawat dari logam Indonesia yang dinamai Sikumbang, Kunang-kunang dengan mesin VW, Belalang dan Gelatik serta menyiapkan produksi F-27.
Nurtanio juga berkontribusi membuat Pesawat Api Revolusi atau Arev, dari bekas rongsokan Super Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran. Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio pada tahun 1976. Nama itu kemudian diubah menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia. (mus)