Bitcoin 'Bikin Sakit', Lebih Baik Pilih Emas
- REUTERS.com
VIVA – Bitcoin kian fenomenal sejak diperkenalkan pada 2009. Pada awal Agustus 2017, mata uang digital ini membuat rekor baru di mana untuk kali pertama harga 1 Bitcoin lebih mahal daripada 1 ons emas, atau sekitar US$4 ribu (Rp55-56 juta).
Bahkan, nilainya sempat menembus angka US$16 ribu (Rp213,5 juta) pada Kamis, 7 Desember kemarin.
Menurut data Bitcoin Indonesia, perusahaan exchanger terbesar di Tanah Air, ada sekitar 550 ribu orang yang sudah bergabung untuk berinvestasi.
Padahal, pada 2015 hanya tercatat sekitar 50 ribuan orang saja. Kendati demikian, Bank Indonesia buru-buru memberi peringatan yang melarang penggunaan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Menurut Gubernur BI Agus Dermawan Wintarto Martowardojo, ada risiko tersendiri dalam penggunaan Bitcoin. Sayangnya, ia tidak menguraikan lebih jauh apa risiko yang dimaksud.
"Jadi, ada risiko bagi yang akan mencoba memegang (bertransaksi) Bitcoin itu seperti yang sudah disampaikan," ungkapnya.
Meski saat ini masih dilakukan pengkajian mendalam mengenai Bitcoin akan dimasukkan ke dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) terkait uang elektronik atau cryptocurrency.
Tapi bank sentral akan melarang penggunaannya secara resmi mulai tahun depan. Apalagi, Bitcoin tidak sesuai dengan sistem pembayaran dan undang-undang yang ada di Tanah Air.
Langkah BI ini disetujui oleh perusahaan perdagangan daring (online trading), Kontak Perkasa Futures. Parlindungan Simanjuntak, selaku direktur utama Kontak Perkasa Futures setuju tentang adanya aturan khusus tentang Bitcoin.
Logam mulia emas.
Ia menilai bahwa investasi Bitcoin adalah investasi dengan risiko yang sangat tinggi. Bahkan, kata Parlindungan, lonjakan yang terjadi pada Bitcoin bisa menyebabkan bubble alias gelembung harga yang berbahaya.
"Ini sangat berbahaya, karena kalau (bubble) pecah, harganya akan jatuh dan yang terakhir berinvestasi bakal 'merasakan yang paling sakit'," kata dia, dalam keterangan resminya, Jumat, 8 Desember 2017.
Namun demikian, selain Bitcoin, ada investasi lain yang aman dan bisa dilakukan investor, yakni mata uang asing (valas) dan emas. Tapi, ia menyarankan untuk berinvestasi emas ketimbang valas seperti dolar AS menjelang tutup tahun 2017.
"Biasanya menjelang akhir tahun, investasi dolar sangat menggiurkan. Tapi, karena ada sejumlah keputusan dari Bank Sentral AS (The Fed) terkait suku bunga, saya sarankan untuk beralih ke emas," paparnya.
Menurutnya, apabila nilai tukar mata uang dolar AS negatif atau jatuh, emas justru positif. Parlindungan memprediksi emas akan tetap menggiurkan hingga kuartal I 2018.