Fanatisme, Sebab Hoaks Susah Dikendalikan
- ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA – ‘Tsunami informasi’ sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi kini sering dilebih-lebihkan atau bahkan dipalsukan untuk memancing kericuhan. Pengendalian hoaks, berita palsu atau fake news dan sejenisnya kini menjadi semakin sulit ditanggulangi.
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, Arif Zulkifli mengatakan, penyebab susahnya pengendalian hoaks karena fanatisme terhadap sesuatu.
Arif mencontohkan, misalnya dua kubu yang saling fanatik terhadap kandidat partai tertentu. Keduanya akan saling serang informasi, baik tentang kebaikan dan keburukan masing-masing kandidat yang didukung. Mereka, kata Arif, saling menyembunyikan fakta atau bahkan membuat informasi yang mengada-ada.
"Kesadaran ini yang mesti dibangun, ayo enggak susah segitu fanatiknya, yang bagus diterima yang jelek diterima. Jadi kejernihan itu yang hilang," ujar Arif kepada VIVAÂ di Jakarta, Rabu 22 November 2017.
Beberapa cara untuk menumbuhkan kejernihan itu, menurut Arif, bisa dengan berbagai cara, misalnya lewat arahan media. Setiap media bisa membuat sistem verifikasi, jika ada berita hoaks pembaca bisa diarahkan ke website yang terkait.
"Untuk memastikan ini benar atau tidak, artinya hoaks itu dimasukkan ke sistem news room untuk dicek," Â jelas Arif.
Kemudian, peran serta masyarakat memang penting agar tidak mudah menyebarkan hoaks. Masyarakat juga perlu diedukasi agar tidak mudah percaya hoaks.
Di sisi lain peran pemerintah sangat diperlukan dalam perang melawan hoaks. Pemerintah hadir dan berkontribusi dengan regulasi. Misalnya aturan bagi para vendor media sosial, bagaimana cara untuk mengontrol hoaks di media sosial.