Alasan Penggunaan Smartphone Harus Diatur
- Wikimedia Commons / Joi Ito
VIVA – Jumlah pengguna smartphone di dunia memang semakin meningkat namun seiring dengan itu, kejahatan dan risiko terhadap mental seseorang pun diyakini semakin membahayakan. Tidak heran jika psikolog di dunia berupaya untuk mendorong adanya aturan penggunaan smartphone.
Para psikolog mengaku telah lama mempelajari bagaimana smartphone bisa membahayakan otak para remaja. Bahkan dalam sebuah riset yang pernah dilakukan, dilansir dari Business Insider, depresi di kalangan remaja naik 27 persen. Hal itu dipicu penggunaan media sosial yang terlalu sering.
Dalam data yang dipublikasi di The Atlantic, disimpulkan bahwa anak yang kerap menggunakan ponsel dengan durasi 3 jam lebih per hari berisiko memiliki mental yang lemah dan berujung pada bunuh diri. Bahkan dalam riset terbaru menunjukkan bahwa rata-rata aksi bunuh diri yang dilakukan remaja di AS meningkat karena penggunaan smartphone.
Dalam buku berjudul "Screen Schooled: Two Veteran Teachers Expose How Technology Overuse is Making Our Kids Dumber”, yang ditulis Joe Clement dan Matt Miles, dituliskan bahwa ketakutan akan dampak negatif smartphone ini sudah dikenal sejak satu dekade lalu.
Terbukti dalam wawancara kedua penulis itu, dua narasumber ternama di Silicon Valley mengakui hal ini. Bill Gates dan Steve Jobs mengaku jarang membolehkan anak-anak mereka bermain dengan gadget yang mereka ciptakan.
"Apa kedua elite di Silicon Valley ini tahu apa yang konsumen tidak ketahui tentang produk yang mereka ciptakan? Yakni adanya bukti yang terpampang nyata saat ini adanya kekuatan teknologi digital yang bisa membuat kecanduan," tulis Clement dan Miles.
Diungkap keduanya, mantan CEO Microsoft yang juga orang terkaya di dunia, Bill Gatest, mengaku membatasi anaknya bermain video game. Dia juga melarang anaknya menggunakan ponsel sampai mereka berusia 14 tahun.
Sama halnya dengan Steve Jobs. CEO Apple yang meninggal pada 2012 lalu itu mengungkapkan tak pernah membolehkan anaknya bermain-main dengan iPad yang baru rilis. Bahkan dia membatasi penggunaan teknologi oleh anak-anaknya saat di rumah.
Yang lebih menarik, beberapa sekolah yang berdiri di Silicon Valley pun dikenal tak terlalu high-tech. Anak-anak masih diajarkan dengan menggunakan papan tulis dan kapur, menulis dengan menggunakan pensil.
Ketimbang harus mengajarkan mereka bagaimana cara coding, anak-anak justru diajarkan cara untuk bekerja sama dengan menghormati satu sama lain. Itu terjadi di Waldorf School. Sedangkan di Brightworks School, anak-anak diajarkan membuat sesuatu dari alam dan bahkan masuk ke kelas yang berdiri di atas pohon besar.
Ini artinya, memang sudah saatnya penggunaan smartphone diatur agar tidak membuat kecanduan yang sangat besar bagi individu. Jika sudah ada peringatan dari kedua petinggi Sillicon Valley itu, apa kita masih mau diperbudak smartphone? (one)