YouTuber Jangan Cuma Kreatif, tapi Juga Toleran
- VIVA.co.id/Nur Faishal
VIVA.co.id – Sekitar 150 pelajar SMA/SMK di Surabaya berkumpul di Coworking Space Koridor Gedung Siola Surabaya, Jawa Timur, Jumat 22 September 2017. Mereka hadir mengikuti lokakarya tentang bagaimana caranya berkreasi di dunia maya tapi tetap dalam koridor keberagaman.
Maraknya isu sosial seperti ujaran kebencian (hate speech), ketidaksukaan pada orang dari negara asing (xenophobia) dan ekstremisme yang berseliweran di media sosial sudah pasti akan berpengaruh buruk bagi generasi muda Indonesia di era digital seperti sekarang. Penanaman kesadaran tentang keberagaman dan toleransi dibutuhkan. Tujuannya, kreator digital muda mampu mengedukasi penonton atau pembaca.
Nah, atas alasan itulah Maarif Institut bekerja sama dengan Cameo Project menyelenggarakan lokakarya bertajuk YouTube Creators for Change. Hal yang diharapkan ialah munculnya YouTuber kreatif, tetapi mempertimbangkan dampak dari kreasinya terhadap lingkungan sosial.
"Program ini adalah upaya kreatif Maarif Institute untuk terus melakukan upaya konten terhadap fenomena radikalisme di kalangan anak muda. Upaya ini merupakan lanjutan dari program besar Maarif Institute yang sudah kami lakukan sejak tahun 2011 lalu bersama dengan Kemendikbud RI," kata Direktur Program Maarif Institute, Khelmy K. Pribadi.
Head of Public Policy and Government Relations Google Indonesia, Shinto Nugroho, mengatakan kreator muda tidak hanya diperlukan soal bakatnya, tetapi juga kesadaran akan keberagaman. "Dan juga mampu menginspirasi masyarakat melalui pesan dan konten video positif untuk terciptanya Indonesia yang lebih baik," ucapnya.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan peran pelajar sangat penting dalam menangkal radikalisme, terutama yang memenetrasi masyarakat melalui media sosial. “Kegiatan ini sangat positif untuk pelajar di Surabaya, utamanya untuk melahirkan pelajar yang kritis, kreatif, berpikiran terbuka dan memiliki komitmen pada kebinekaan," ucapnya.