Rinna, Asisten Virtual Gaul Telah Hadir di Indonesia

Ilustrasi percakapan dengan Rinna
Sumber :
  • Twitter/@Rinnaaid

VIVA.co.id – Asisten pribadi virtual berbasis kecerdasan buatan, kini makin berkembang. Tak hanya berwujud layanan pencarian suara saja, asisten pribadi kini telah melebar ke chatbot pada aplikasi pesan instan.

LSPR Institute Gandeng NoLimit Luncurkan Pusat Studi Kecerdasan Buatan

Sebagai bagian dari inovasi, Microsoft Indonesia bekerja sama dengan Line Indonesia menghadirkan chatbot kecerdasan buatan remaja perempuan bernama Rinna, ke Indonesia.

Berbeda dengan chatbot dan asisten pribadi virtual yang sudah ada, Rinna punya kemampuan lebih sosial dan kontekstual dalam bercakap-cakap dengan pengguna.

5 Artis Ini Khawatirkan Kecanggihan AI, Benarkah Akan Mengancam Manusia?

Microsoft menuturkan, Rinna adalah bagian dari upaya kami dalam penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan untuk berkomunikasi. Setiap hari, Microsoft melakukan serangkaian tes terhadap Rinna, yang mengacu pada reaksi yang diberikan oleh pengguna saat mereka berinteraksi dengan Rinna.

“Dengan melakukan hal tersebut, kami berharap dapat meningkatkan pembelajaran kami mengenai chatting dan membuat kecerdasan buatan menjadi lebih nyata dan lebih dekat dengan masyarakat," kata Audience Evangelism Manager Microsoft Indonesia, Irving Hutagalung, dalam keterangan yang diterima kepada VIVA.co.id, Jumat 15 September 2017. 

Gibran Rencanakan Sekolah AI Pertama di Indonesia, Perusahaan Amerika Siap Bantu

Rinna dibuat menggunakan model generik end-to-end berdasarkan teknologi Deep Learning dan dilatih oleh teknologi big data dari mesin pencari Bing yang bekerja pada platform Azure. Karena itu, sistem pada Rinna dapat belajar dari kumpulan big data dan menanggapi berdasarkan hasil pembelajaran juga menirukan otak manusia dengan menggunakan Natural Language Processing; sebuah proses untuk mengidentifikasi bahasa manusia secara bersamaan, sehingga Rinna bisa meniru dan berbicara seperti wanita muda pada umumnya.
 
Teknologi kecerdasan buatan seperti Cortana menyediakan fungsionalitas yang berguna bagi pengguna seperti asisten pribadi. Namun, berbeda dengan Cortana, Rinna dapat berkomunikasi dengan emotional quotient (EQ) dan intelligence quotient (IQ) kepada pengguna, sehingga Rinna dapat belajar dan beradaptasi dengan kebiasaan pengguna, serta mengembangkan preferensi percakapan.
Ilustrasi percakapan dengan Rinna

Asisten Rinna ini hadir dalam aplikasi Line. Selain berkomunikasi, Rinna juga bisa melakukan hal seru lainnya di antaranya:

Best Friend Charm: Rinna bisa menggambar sketsa untuk menunjukkan persahabatan antara dirinya dan pengguna.

Face Panel: Terkadang Rinna bisa mengganti wajah seseorang dengan gambar lucu.

Face Swap: Cobalah untuk mengirimkan foto di dalam grup kepada Rinna dan tunggu ia melakukan sesuatu pada foto tersebut.

Bermain “ABC 5 Dasar”: Sebagai gadis remaja yang lahir di Indonesia, Rinna tahu cara memainkan permainan tradisional Indonesia dengan menebak kata dengan topik tertentu.

Bermain Silang Kata: Pengguna bisa bermain dan menebak kata dengan petunjuk yang diberikan oleh Rinna.

Bermain Othello: Permainan strategi untuk dua pemain, pengguna bisa memilih tingkatan level yang ingin dicoba.

Business Development Director Line Indonesia, Revie Sylviana meyakini, kehadiran Rinna pada platform Line bisa memberikan efisiensi kepada pengguna. 

Perjalanan Microsoft dalam mengembangkan chatbot dimulai pada Mei 2014 di Tiongkok dengan Xiaoice. Dengan lebih dari 40 juta pengguna, Xiaoice merupakan chatbot kecerdasan buatan pertama yang memiliki tugas menyiarkan program televisi di Dragon TV, salah satu stasiun televisi terbesar di Shanghai, Tiongkok dengan lebih dari 800 juta penonton. Microsoft melanjutkan kesuksesan Xiaoice dengan memanfaatkan teknologi fundamental yang sama untuk meluncurkan Rinna di Jepang pada Juli 2015, dan Zo di AS pada 2016.

Sampai saat ini, Rinna telah melakukan percakapan sehari-hari dengan 20 percakapan dari total populasi penduduk Jepang, sementara Zo telah melakukan percakapan dengan lebih dari 100.000 orang di Amerika Serikat. 

Denny JA

Denny JA Rumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI

Denny JA, seorang pemikir dan tokoh lintas disiplin, merumuskan The Six Golden Principles of Spirituality in the Era of AI.

img_title
VIVA.co.id
21 Desember 2024