2050, Para Pecinta Kopi Bakal Merana
- ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
VIVA.co.id – Pemanasan global berdampak pada harga kopi. Institut Lingkungan Gund dari University of Vermont, Amerika Serikat, memprediksi kopi akan mahal dan langka pada 2050.
Melansir Tech Times, Jumat 15 September 2017, salah seorang peneliti, Taylor Ricketts, menyebut pemanasan global menyebabkan pengurangan area penanaman kopi.
Penelitan Taylor dan timnya di Amerika Latin melaporkan bahwa sebanyak 88 persen lahan berkurang dalam 33 tahun mendatang. "Penurunan lahan terbesar ada di Nikaragua, Venezuela dan Honduras," katanya.
Taylor menegaskan, kemungkinan pengurangan lahan tidak hanya terjadi di Amerika Latin. Negara penghasil kopi terbesar seperti Asia dan Afrika pun ikut terancam.
"Kopi bisa menjadi jauh lebih sedikit dan sangat mahal. Hal itu juga bisa mempengaruhi penghidupan orang-orang yang bergantung pada industri kopi," ungkap dia.
Ia mengatakan, sekitar 25 juta petani di 60 negara di seluruh dunia menanam kopi, di mana lebih dari 100 orang terlibat dalam produksi kopi. Tak hanya kopi, pemanasan global juga berimbas kepada keberadaan lebah.
Lebah merupakan serangga penyerbuk yang membantu membawa serbuk sari di antara tanaman. Sehingga, produksi kopi menjadi lebih banyak. Tapi, keberadaan lebah juga terusik karena pemanasan global.
"Sebenarnya, tanaman kopi bisa menyerbuki diri sendiri, tapi lebih baik lagi kalau dengan lebah. Dua pertiga dari komoditas paling berharga di Bumi mengandalkan lebah dan penyerbuk lainnya untuk berproduksi dengan baik," kata Ricketts.