Pilih Ketua OSIS, SMA 3 Yogya Pakai Android dan Kode QR
- Dokumen SMAN 3 Yogyakarta
VIVA.co.id – SMA Negeri 3 Yogyakarta membuat inovasi unik dalam pemilihan Ketua OSIS pada tahun ini. Suksesi pengurus siswa sekolah itu dilakukan menggunakan aplikasi Android bernama Padmanaba, yang merupakan buatan sekolah tersebut.
Pemilihan Ketua OSIS dengan menggunakan aplikasi mobile ini dilakukan untuk membuat proses menjadi efisien. Sekolah tak perlu mengeluarkan anggaran yang banyak untuk kertas, pemantauan pemilihan lebih mudah sekaligus bisa menjadi media untuk edukasi siswa dengan berbasis teknologi.
Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi SMA Negeri 3 Yogyakartaa, Rudy Hartanto menjelaskan, pemilihan ini berbasis Nomor Induk Siswa (NIS). Tiap siswa mempunyai hak pilih dengan menggunakan NIS sebagai identitas pemilih.
Siswa memilih dengan menggunakan smartphone mereka. Dalam proses pemilihannya, siswa pertama membuka aplikasi Padmanaba di smartphone mereka, kemudian siswa akan mendapatkan kartu login berupa kartu dengan cetakan QR-code.
Setelah itu siswa harus memindai kode QR tersebut dan otomatis akan keluar calon Ketua OSIS. Siswa kemudian memilih pilihannya.
Rudy menegaskan, sistem pemilihan berbasis aplikasi ini dijamin aman. Siswa tidak akan menjadi pemilih ganda. Sebab, identitas mereka berbasis NIS yang tiap siswa berbeda.
"Database server NIS nantinya akan dipindai secara otomatis. Tak bisa ganti QR-code sebagai pengganti NIS," jelasnya kepada VIVA.co.id, Rabu 13 September 2017.
Dengan sistem pemilihan tersebut, kata Rudy, siswa dijamin tak akan bisa curang. Siswa yang sudah memilih tak bisa memilih lagi, sebab sudah terdeteksi NIS dan pilihannya.
Upaya memilih lagi dengan mencopot dan memasang aplikasi juga tidak bisa. Sebab data NIS sudah masuk dalam server.
Rudy menyadari tak semua siswa memiliki smartphone berbasis Android, maupun ponselnya jadul. Sebagai jalan keluarnya, bagi siswa yang memiliki smartphone berbasis iOS dan lainnya, memilih dengan meminjam smartphone siswa yang sudah terpasang aplikasi Padmanaba.
Meski meminjam smartphone teman, namun kerahasiaan tetap terjamin, sebab smartphone hanya sebagai alat pindai saja. Siswa yang tak memiliki Android akan diberikan kartu login berbasis NIS mereka.
Seusai menyuarakan pilihannya, siswa akan diberikan kesempatan menyampaikan saran ke depan bagaimana bagi kemajuan sekolah, melalui aplikasi Padmanaba tersebut.
Pemilihan berbasis aplikasi ini juga akan memantau perkembangan pemilih. Siswa yang belum bisa memilih akan terpantau di data server. Sebab data siswa yang sudah menyuarakan pilihannya akan masuk dan kemudian sistem akan mendeteksi siapa saja yang belum memilih.
"Database masuk di server terus kita convert ke Exel, siapa yang belum memilih. Jadi nanti panitia akan mengabarkan untuk segera memilih. Kami menyediakan waktu sampai besok (Kamis 14 September) bisa yang belum pilih, bisa milih. Harapannya paling tidak 95 persen bisa milih," kata Rudy.
Proses pemungutan suara sudah Ketua OSIS sudah dilakukan Rabu siang 13 September 2017. Sebelum pemilihan didahului dengan orasi antarkandidat.
Pantau siswa sampai bayar kantin
Rudy menjelaskan, sebelum memakai sistem aplikasi, sekolah masih menggunakan cara manual yang memakan biaya dan prosesnya lama. Kemudian setelah menyadari hampir semua siswa menggunakan smartphone Android, maka sekolah mengadaptasi teknologi.
Menariknya, pembuatan aplikasi Padmanaba untuk kepentingan pemilihan Ketua OSIS ini baru beberapa hari lalu, belum sampai sepekan lalu. Untuk pembuatan aplikasi, sekolah meminta bantuan pengembang aplikasi bernama Taufiq Kamal.
Ke depan, setelah menyelesaikan pemilihan Ketua OSIS, aplikasi tersebut dikembangkan untuk mendukung segala kegiatan sekolah, misalnya untuk absensi siswa dengan memanfaatkan geo-location. Siswa begitu datang di sekolah, menghidupkan GPS dan absen melalui aplikasi ini. Rudy menuturkan, cara ini bisa mengganti absensi siswa dengan sidik jari.
"Biar mereka praktis, misalkan report sidik jarinya mereka tak terbaca (absensi sidik jari)" katanya.
Aplikasi itu, kata Rudy, ke depan bisa dikembangkan untuk memantau aktivitas belajar mengajar siswa. Orang tua siswa bisa memantau anaknya dalam kegiatan sekolah.
Pengembangan lainnya, aplikasi bisa dipakai untuk memberitahukan izin tak masuk sekolah dengan mengunggah foto surat izin melalui aplikasi. Rudy menuturkan, aplikasi itu ke depan juga bisa dipakai untuk mendeteksi apakah siswa sudah atau belum membayar SPP, mengunggah nilai siswa. Aplikasi tersebut juga memungkinkan untuk pembayaran online di kantin sekolah. QR-code nantinya didesain bisa untuk di-top up atau diisi uang.
"Jadi satu smartphone tapi manfaatnya banyak. Satu smartphone untuk semua," kata dia.
Rudy berharap pemilihan daring berbasis aplikasi bisa diadopsi dalam pemilihan dengan cakupan yang lebih luas, misalnya menginspirasi hal serupa dalam pemilihan kepala desa. Sekolah punya rencana untuk mengembangkan aplikasi ini di platform iOS.
Ketua OSIS SMA Negeri 3 Yogyakarta, Hakimi, menilai, sistem pemilihan menggunakan Android dan QR-code ini berdampak positif bagi tingkat partisipasi siswa.
Dia merasakan sistem baru ini memicu semangat siswa di sekolahnya untuk memilih. Teman-temannya jadi antusias memilih dengan Android dan QR-code.
"Memang enggak terlalu signifikan, tapi sementara partisipasi sudah sampai 80 persen," ujarnya.
Hakimi berpandangan, sistem pemilihan ini menunjukkan perkembangan digital sudah seharusnya diterapkan dalam kehidupan di sekolah. Pada tahun lalu, pemilihan Ketua OSIS sudah menggunakan voting online, tapi belum memakai Android dan QR-code.
"Maka dengan ini, jadi lebih mengenal seperti kemampuan kita seperti apa. Pembuatan aplikasi dan QR-code ini bukan hal yang susah," katanya. (ase)