Bos Gojek Dedikasikan PAB XV untuk Beasiswa Anak Driver
- VIVA.co.id/Foe Peace Simbolon
VIVA.co.id – Tersedianya banyak lapangan kerja merupakan harapan banyak orang di Indonesia. Tidak heran jika kemudian perusahaan rintisan bernama Gojek menjadi buah bibir dan diminati banyak orang.
Gojek hadir mengolaborasikan sumber daya manusia dengan teknologi di dunia transportasi. Hingga kini, Gojek menjadi primadona baik konsumen maupun pengendara ojek konvensional. Di satu sisi, pengojek pangkalan bisa mendapatkan order penumpang dengan cepat, sedangkan di sisi lain konsumen merasa ada kejelasan terkait tarif rute perjalanan yang selama ini dipatok asal-asalan oleh tukang ojek.
Yang terpenting, Ojek Online ala Gojek ini digadang-gadang menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di kota besar, selain mampu menciptakan ratusan ribu lapangan pekerjaan. Tidak heran jika kemudian sang pendirinya, Nadiem Makarim, dianugerahi Penghargaan Achmad Bakrie XV.
"Di era teknologi sekarang, terdapat tiga kata kunci yang perlu diperhatikan dalam konteks penyediaan lapangan kerja mandiri, yakni teknologi, kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat. Tiga hal itu jarang sekali berada dalam satu sosok sekaligus. Nadiem memilikinya. Dengan Gojek, dia memanfaatkan teknologi, memunculkan fakta terjadinya proses pemberdayaan masyarakat yang mendorong terciptanya lapangan kerja bagi ratusan ribu tukang ojek menjadi wirausahawan berbasis teknologi," tulis pihak penyelenggara Penghargaan Achmad Bakrie.
Menurut pihak penyelenggara, dengan berbekal semangat kewirausahaan dan keberanian menyandang risiko, dipadu pemahaman dan keyakinan akan pemanfaatan teknologi, menjadikannya sebagai pelopor pemberdayaan masyarakat di bidang aplikasi teknologi untuk berwirausaha.
Nadiem, yang kehadirannya di malam Penghargaan Achmad Bakrie diwakili oleh Chief of Human Resourcer Officer of Gojek, Monica Oudang, menyatakan rasa terima kasihnya karena telah mempercayakan Gojek menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2017.Â
Dalam sambutannya, Monica berkisah, ide Gojek tumbuh ketika Nadiem baru kembali dari menyelesaikan sekolahnya di Inggris. Nadiem melihat transportasi publik di Jakarta memiliki banyak tantangan, sehingga ia pun lebih suka menggunakan ojek.
"Dari sini dia lihat banyak kesempatan. Kemudian Gojek pun dikembangkan. Sekarang bukan hanya layanan transportasi roda dua tapi sudah ada 16 aplikasi. Dari situ kami terus berinovasi karena basis kami adalah kecepatan, transportasi, dan dampak sosial," kata Monica.
Dedikasi Nadiem untuk masyarakat Indonesia tidak hanya di Gojek. Dia, melalui Monica, mengungkapkan bahwa dana yang akan didapat dari Penghargaan Achmad Bakrie ini akan digunakan untuk terus mengasah talenta-talenta lokal di Indonesia.
"Melalui penghargaan ini, kami terus mendukung usaha keluarga Bakrie untuk memajukan pendidikan dan talenta lokal. Oleh karena itu dana yang kami terima dari penghargaan ini akan kami salurkan dalam bentuk beasiswa untuk anak-anak mitra driver kami," ujar Monica.
Tangan Dingin Nadiem Makarim dan Kesuksesan Gojek
Kemacetan lalu lintas di Jakarta yang dialaminya melahirkan sebuah ide bisnis menarik. Nadiem Makarim (33) membuat aplikasi ojek online sebagai solusi transportasi penduduk kota. Ia rela meninggalkan kerjaan lamanya yang sudah nyaman demi membangun usahanya bernama Go-JEK.
Nadiem, begitu ia biasa disapa, lahir di Jakarta 4 Juli 1984 dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadrie. Ia adalah anak lelaki satu satunya dari pengacara ternama keturunan Arab asal Pekalongan, Jawa Tengah, Nono Anwar Makarim.
Ayahnya seorang intelektual dan lawyer dengan gelar doktor Ilmu Hukum lulusan Harvard. Meski Nadiem adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, ia tidak berperilaku manja. Justru ia tetap menunjukkan kemandiriannya.
Setelah meluluskan jenjang pendidikan dasar dan menengahnya di Jakarta, ia melanjutkan SMA- nya di Singapura, dan berkuliah di Brown University, Amerika Serikat.
Ia berhasil mendapat gelar BA di jurusan International Relations. Ia pun sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.
Tidak puas dengan ilmu yang dimiliki, ia melanjutkan pendidikan layaknya sang ayah dan mengambil master-nya di Harvard Business School dan mendapatkan gelar MBA (Master of Business Administration).
Pria lulusan Harvard ini memilih untuk kembali ke Indonesia. Berbekal ijazah yang dimilikinya, Nadiem direkrut di Management Consutant di McKinsey & Company, sebuah lembaga konsultan ternama yang berbasis di Jakarta, lalu pindah dengan posisi co-founder dan managing editor di Zalora Indonesia.
Tak sampai di situ, Nadiem kemudian menjadi chief innovation officer Kartuku. Namun akhirnya, ia banting setir memilih jalur yang berbeda dari latar belakang keluarganya itu, naluri bisnis Nadiem memang sangat tajam.
Ia melihat sebuah peluang bisnis yang cocok dan dapat membantu banyak warga Indonesia, dan merintis perusahaan milik sendiri yang kemudian dikenal dengan nama Gojek, pada 2011. (art)