Indonesia Mampu Bikin Pesawat Turboprop R-80

Ilham Habibie dan prototype R-80.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Saat ini pabrikan pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin twin-turboprop hanya ada tiga di dunia. Ketiganya adalah Bombardier dari Kanada, ATR hasil kolaborasi Prancis-Italia, dan Xian asal China.

PT Pindad dan PT DI Teken MoU Senilai Rp 2,7 Triliun dengan 3 Negara Afrika

Mantan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, mengatakan, Indonesia memiliki kemampuan membuat pesawat Regio Prop (R80) yang bermesin turboprop.

"Informasi terbaru, Bombardier sekarang mau fokus membuat pesawat jet komersial. Artinya, berkurang satu pabrikan. Nah, Indonesia saat masuk karena punya kemampuan," kata Jusman kepada VIVA.co.id, Kamis, 10 Agustus 2017.

Gaji-THR Karyawan PTDI Telat Dibayar, Wamen BUMN Buka Suara

Komisaris Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ini melanjutkan, pembangunan pesawat komersial R-80 harus didukung penuh pemerintah. Sebab, ini momen kebangkitan industri penerbangan Indonesia yang sudah 19 tahun mati suri.

Jusman memperkirakan pembangunan R-80 membutuhkan dana sekitar US$600-700 juta, mulai dari engineering, prototipe, dan pengujian pesawat terbang baik di darat maupun udara.

Karyawan PT Dirgantara Indonesia Demo Tuntut Gaji dan THR, Manajemen Buka Suara

Terlibat pembuatan A-380

Tak hanya itu, dalam industri penerbangan ada yang namanya system interogator dan second layer. Untuk system interogator, artinya, industri penerbangan mampu menghasilkan pesawat terbang secara utuh.

Adapun, second layer, artinya, memproduksi komponen pesawat terbang. "Kita mati suri di system interogator akibat krisis tahun 1998 dan perjanjian dengan IMF. Second layer kita tidak. Indonesia dipercaya membuat komponen pesawat A-380," papar dia.

Jusman menjelaskan, PT Dirgantara Indonesia menjadi subkontraktor yang bertugas membuat tulang bawah yang menjadi komponen penghubung sayap dengan badan pesawat, baik kiri maupun kanan.

Ia pun memaparkan dua alasan utama terpilihnya PTDI  menjadi bagian dari tim pembuatan pesawat asal Eropa tersebut. "Pastinya engineer kita punya skill, lalu memiliki mesin CNC (Computer Numerically Control)," tutur Jusman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya