Kualitas SDM TIK Indonesia di Bawah Brunei Darussalam
- Twitter/@kemkominfo
VIVA.co.id – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan, sumber daya manusia di bidang teknologi informasi dan komunikasi atau TIK di Indonesia masih rendah. Pasalnya, pendidikan TIK di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama jeblok. Maka tak heran, di Asia Tenggara, posisi Indonesia untuk SDM TIK berada di urutan 8.
"Itu peringkat tahun lalu. Kita tertinggal dari Brunei Darussalam. Tapi masih lebih baik dari Myanmar dan Kamboja," kata Rudiantara di Jakarta, Kamis 27 Juli 2017.
Ia menuturkan, pemerintah saat ini sudah punya rencana jangka panjang, dengan mencanangkan 2030 sebagai tonggak kemajuan SDM TIK Indonesia. Bukan tanpa alasan mengapa menteri yang biasa disapa Chief RA itu berkata demikian. Menurutnya, ada dua alasan utama. Dari sisi ekonomi, pendapatan domestik bruto (GDP) Indonesia akan meningkat 2,5 kali dari 2016.
"Tahun 2016, GDP kita US$950 miliar. Dalam 13 tahun lagi akan mencapai US$2,4 triliun. Angka ini sama dengan GDP Prancis sekarang," ujarnya menambahkan.
Kemudian, pada 2030, Indonesia akan menikmati puncak dari bonus demografi. Rudiantara mengatakan, periode puncak bonus demografi Indonesia dari 2028-2032.
"Tinggal bagaimana kita mendongkrak kapasitas kompetensi SDM TIK. Ini kesempatan emas," ujarnya.
Peta Okupansi Bidang TIK adalah langkah Kominfo menyetarakan kualifikasi tenaga kerja Indonesia sektor IT dengan negara-negara lain, sehingga meningkatkan daya saing dan posisi tawar.
"Ini langkah awal. Ibaratnya, kalau kita mau keluar rumah itu jelas mau naik apa dan tujuannya ke mana.” (mus)