Penanganan Ransomware Lebih Bagus dengan Badan Siber
- Kominfo
VIVA.co.id – Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara tidak ingin berspekulasi mengenai aman tidaknya Indonesia dari serangan virus ransomware Petya. Kominfo ingin upaya pencegahan terus dilakukan, termasuk jika Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmi beroperasi.
"Sebetulnya nanti dengan adanya BSSN kalau sudah jadi, penanganan harusnya lebih bagus," kata Rudiantara ketika ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat 30 Juni 2017.
Rudiantara menyebutkan, penanganan virus-virus seperti ini dengan adanya BSSN bisa lebih terintegrasi. BSSN nantinya akan dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan dan dilaporkan ke Presiden.Â
"Lebih terintegrasi lah, karena kan lebih terkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lain. Dan ada koordinasi dari sisi pertahanan," ujar Rudiantara.Â
Sebelum ada BSSN ini, Rudiantara mengaku telah mengirim sosialisasi pencegahan Petya ke anggota kabinet lain di grup WhatsApp Kabinet Kerja yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Namun dia tidak menjelaskan apakah Presiden Jokowi telah mengetahui perihal adanya virus ini.Â
"Saya kan di grup (WA) kabinet, untuk diteruskan ke pengelola TI di masing-masing Kementerian. Saya sampaikan di kabinet itu saja, di grup kabinet. Kabinet itu kan yang punya Presiden," kata dia.
Sekadar informasi, virus Petya generasi terbaru lebih ganas dari WannaCry yang sempat membuat heboh dunia beberapa waktu lalu. Virus Petya memiliki dua program enkripsi.
Program enkripsi pertama bertugas mengubah master boot record atau MRB di sistem operasi Microsoft Windows untuk mendapatkan akses sebagai administrator. Jika itu berhasil, maka program akan mengatur agar komputer restart dalam waktu yang berbeda-beda pada tiap komputer.
Setelah restart, maka program mulai menjalankan enkripsi pada seluruh hard disk yang ada di komputer tersebut. Saat bekerja, program akan menampilkan informasi palsu, yakni berupa program pemeriksaan hard disk (chkdsk).
Jika semua sudah selesai, maka program akan menampilkan informasi bahwa komputer tersebut telah dikunci. Pemilik komputer diminta menyetor sejumlah uang Bitcoin ke rekening pribadi hacker.
Bila program pertama gagal mendapatkan akses administrator, maka program kedua yang akan berjalan. Program ini sama seperti WannaCry, yakni mengunci semua data pribadi yang ada di hard disk secara satu per satu.