Serangan Internet DDoS Awal 2017 Naik 380 Persen

Ilustrasi ransomware/malware.
Sumber :
  • uk.reuters.com

VIVA.co.id – Laporan terbaru dari perusahaan keamanan Internet, Nexus Guard, mengungkapkan ada peningkatan sekitar 380 persen terkait dengan serangan Distribute Denial of Services (DDoS). Angka ini sangat tinggi jika dibanding dengan triwulan yang sama tahun lalu.

AS: Peretasan Telekomunikasi oleh Tiongkok Kini Menjadi yang Terburuk dan Menakutkan yang Pernah Ada

"Laporan per kuartal itu menemukan bukti jika para peretas tidak pernah beristirahat dan terus melakukan penyerangan. Bahkan kami deteksi ada lebih dari 16.600 serangan yang dilancarkan peretas, mengambil beragam momen, mulai dari hari Valentine, Tahun Baru China dan hari penting lainnya," ujar Juniman Kasman, Chief of Technology Officer untuk NexusGuard, dalam keterangan resminya, 7 Juni 2017.

Selain itu, serangan yang membanjiri HTTP juga diketahui naik sampai 147 persen di kuartal ini. Serangan itu menargetkan lapisan aplikasi dan mengambil alih TCP, DNS dan lainnya. Sebanyak 93 persen dari serangan menggunakan perpaduan aplikasi, kerentanan volumetrik, dan perusahaan yang tidak pernah memperbaharui mekanisme pertahanan multi-lapis.

Indonesia-Turki Kerja Sama untuk 'Tangkis' Serangan Hacker

Menurut Kasman, meningkatnya adopsi internet of things telah membuka jalan dan memberikan kesempatan besar bagi hacker untuk melakukan serangan jangka panjang. 

"Botnet IoT merupakan awal dimulainya serangan siber. Hacker akan melangsungkan serangan besar dan berkelanjutan. Data terbaru di 2017 ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu menggunakan pertahanan berlapis, sumber daya yang gesit, jaringan yang lebih besar, dan operasi keamanan sepanjang waktu. Ini akan membantu perusahaan agar mampu menghadapi setiap serangan baru," kata Kasman.

Kiamat Digital Mengintai, Hacker Canggih Bobol Sistem Pertahanan Negara

Kasman mengungkap, analis di NexusGuard menemukan jika sumber utama serangan DDoS berasal dari Amerika sebanyak 23 persen. NexusGuard mensinyalir, hal ini dikarenakan banyaknya rumah tangga di AS yang memasang perangkat yang bisa dikendalikan dari aplikasi atau web.

"Analis kami yakin jika hacker bisa membajak alamat IP yang dijaga dengan keamanan yang buruk. Mereka bisa melancarkan serangan yang lebih canggih lewat IP ini," katanya. (ren)

Perang Teknologi China dan Amerika Serikat (AS).

Lembaga-lembaga Penting di Asia Tenggara jadi Target Kelompok Hacker yang Berbasis di Tiongkok?

Aktifitas spionase tersebut terutama menargetkan lembaga pemerintah, penyedia infrastruktur penting, dan industri utama, termasuk telekomunikasi, pertahanan, dan energi.

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024